Selasa, 13 November 2012

motivasi interinstik & eksterinstik



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja, entah itu dari diri kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain. Dorongan yang kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga dalam kita mengerjakan suatu hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Dalam hal ini kegiatan yang kita lakukan dapat berbentuk negatif ataupun positif meskipun motivasi kita semua awalnya “baik”. Yang dimaksud dengan motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi agar mau dan rela untuk mengakibatkan seseorang untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya. Pada hakikatnya motivasi adalah suatu proses psikologis yang sangat mendasar. Dan motivasi merupakan proses yang amat penting dalam memahami sebab musabab perilaku seseorang. Kegiatan individu bukan suatu kegiatan yang terjadi begitu saja, tapi selalu ada faktor yang mendorong itu adalah motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya.











BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsep Dasar Motivasi
1.   Pengertian
Dari segi taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa latin yang artinya bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai definisi tentang motivasi antara lain adalah keinginan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan, insentif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku seseorang yang terarah pada pencapaian tujuannya.[1]
Istilah motivasi didefinisikan, tiga komponen utama dari motivasi adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Kebutuhan, yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang seharusnya dimiliki, baik dalam arti fisiologis maupun psikologis.
Contoh yang bersifat fisiologis, apabila seseorang lapar, maka akan timbul kebutuhan untuk menghilangkankan rasa lapar tersebut. Sedangkan contoh yang bersifat psikologis, yaitu apabila seseorang kesepian, ia akan berusaha mencari teman untuk menghilangkan rasa kesepiannya itu.
Usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya melahirkan dorongan. Berarti dorongan merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dorongan, sebagai segi kedua dari motivasi. Berorientasi pada tindakan tertentu. Dorongan yang berorientasi pada tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti motivasi. Sebab apabila tidak ada tindakan, situasi ketidakseimbangan tidak akan pernah teratasi.
Segi ketiga motivasi adalah tujuan. Dalam kaitannya dengan keprilakuan, tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Mencapai tujuan berarti mengembalikan keseimbangan dalam diri seseorang, baik yang bersifat fisiologis maupun yang bersifat psikologis dan tercapainya tujuan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan dorongan yang pernah timbul. Contoh apabila seseorang lapar (kebutuhan), ia akan berusaha untuk mencari jalan untuk menghilangkan rasa laparnya itu (dorongan, apabila ia telah makan dan kenyang, maka tujuan tercapai.
Suatu tujuan merupakan satu kebutuhan akhir seseorang, sedangkan kebutuhan merupakan segi potensial daripada tujuan, sedangkan dorongan atau rangsangan merupakan segi aktualnya daripada tujuan.[2]
Maslow mengemukakan, bahwa motivasi manusia senantiasa menggerakkan kepada pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat, antara lain :
-          Pemenuhan kebutuhan fisiologis (jasmani)
-          Pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan
-          Pemenuhan kebutuhan hidup bermasyarakat.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa : pertama, satu kebutuhan yang telah terpenuhi mungkin saja timbul kemudian pada gilirannya memerlukan dorongan dan tujuan. Kedua, motivasi merupakan suatu proses yang terjadi secara berkelanjutan dalam kehidupan seseorang
Greenberg dan Baron (1993:119) dalam Djatmiko (2008: 69) motivasi adalah suatu proses yang mendorong mengarahkan dan memelihara perilaku manusia kearah pencapaian suatu tujuan. Menurut Hanson (1997:142), mengemukakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang ada di dalam diri manusia membentuk motivasi.
Tjutju Yuniarsih dkk (1998:149-150) mengemukakan bahwa “Motivasi adalah suatu proses psikologis yang ada dalam diri setiap orang, suatu daya dorong (inner drives) yang akan menghasilkan perilaku untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatan”.
B.     Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya misalnya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lainnya.  Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin dipuji atau ganjaran.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.  Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.[3]
 Dari pendapat Suharno dan A.M Sardiman tentang motivasi Intrinsik, motivasi ekstrinsik serta ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi, diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-unsur atau indikator-indikator motivasi belajar sebagai berikut:
Motivasi Intrinsik
-          Senang menjalankan tugas belajar.
-          Menunjukan minat mendalami materi yang di pelajari lebih jauh
-           Bersemangat dan bergairah untuk berprestasi.
-          Merasakan pentingnya belajar
-          Ulet dan tekun dalam menghadapi masalah belajar.
-          Mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.
Menurut Vallerand, dkk., secara garis besar, ada 3 tipe motivasi intrinsik.
1.      Motivasi Intrinsik untuk Tahu.
      Dalam motivasi untuk tahu ini, seseorang melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena kesenangan untuk belajar. Dalam konteks olahraga, motivasi ini penting dalam proses latihan. Para pemain harus mempunyai motivasi intrinsik jenis ini untuk memastikan bahwa mereka selalu terlibat dalam proses latihan dengan baik. Untuk selalu menggugah motivasi ini, para pelatih juga harus selalu kreatif menciptakan metode latihan yang selalu memberi sesuatu yang baru kepada para pemain. Jika pelatih gagal memberi sesuatu yang baru, mungkin motivasi yang sudah dimiliki oleh para pemain akan luntur perlahan-lahan.
2.      Motivasi Intrinsik yang berkaitan dengan pencapaian.
      Manusia selalu mempunyai naluri untuk mencapai sesuatu. Bahkan secara ekstrem, orang yang sudah kaya raya pun tidak pernah berhenti untuk mengeruk harta. Ini membuktikan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu. Dalam konteks olahraga, atlet sebenarnya juga mempunyai hal serupa.  Motivasi intrinsik tipe ini seseorang melakukan aktivitas karena terdorong oleh kesenangan mencoba untuk melampaui dirinya sendiri. Artinya ada keinginan untuk lebih dan lebih. Seorang pelatih bisa menciptakan hal ini dengan selalu membawa unsur kompetisi dalam proses latihan. Para pemain juga harus selalu mengikuti kompetisi yang kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. Selain untuk mengevaluasi kemampuan, tapi juga agar mereka selalu terfasilitasi untuk melewati pencapaian yang sudah pernah diperoleh.
3. Motivasi Intrinsik untuk merasakan stimulasi.
Jenis ini mendorong seseorang untuk terlibat dalam sebuah aktivittas dalam rangka merasakan kenikmatan yang sensasional. Para atlet panjat tebing, pendaki gunung dan sebagainya adalah contoh orang-orang yang selalu ingin merasakan pengalaman yang sensasional ini. Untuk atlet lain, barangkali dengan mendapat pencapaian tertinggi, maka pengalaman sensasional ini akan tercapai. Bayangkan jika seseorang berhasil mendapatkan medali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk itulah, para atlet harus selalu dirangsang untuk selalu mengeset sasarannya setinggi mungkin[4].

C.     Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuma.  Motivasi manusia yang diaktifkan oleh penghargaan dari luar. Atau dengan kata lain melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.  
 Sebagai contoh seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik, atau agar mendapat hadiah. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Motivasi ekstrinsik :
-          Ganjaran (award)  atau Hadiah (reward)
-          Hukuman (punishment)
-          Persaingan dengan teman /lingkungan ( Competition)





BAB III
PENUTUP

Simpulan
Konsep dasar motivasi terdiri atas tiga komponen utama adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Motivasi adalah suatu proses psikologis yang ada dalam diri setiap orang, suatu daya dorong (inner drives) yang akan menghasilkan perilaku untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatan”.
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar














DAFTAR PUSTAKA

Santrock, W. Santrock. Psikologi Pendidikan. Jakarta  : Kencana, 2007
Sardiman. Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2011.
 Siagian. Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Perilaku Organisasional. Jakarta: PT Toko Gunung Agung. 1995
 Zainun, Buchari. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara. 1989.


[1]  S.P. Siagian. Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Perilaku Organisasional. (Jakarta: PT Toko Gunung Agung. 1995), hal. 93-94

[2]  Buchari Zainun. Manajemen dan Motivasi. (Jakarta: Balai Aksara. 1989), hal. 20
[3]  Sardiman A.M.Interaksi & motivasi belajar mengajar. ( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 89-90
[4]   Santrock, W. Santrock. Psikologi Pendidikan.( Jakarta  : Kencana, 2007), hal. 280

Kamis, 01 November 2012

PENGERTIAN KELUARGA DAN KONSELING KELUARGA





A.    Pengertian keluarga dan konseling keluarga
Keluarga adalah kesatuan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ada tiga bentuk kelurga yaitu Nuclear Family (terdiri dari ayah, ibu, dan anak), Extended Family (terdiri dari ayah, ibu, anak, nenek, kakek, paman, atau bibi), dan Blended Family (keluarga inti ditambah dengan anak dari pernikahan suami/istri sebelumnya).klien adalah bagian dari salah satu bentuk dari keluarga tersebut.[1]
Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena didalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat.[2]
Keluarga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan bermasyarakat.didalam keluargalah setiap warga masyarakat memilai kehidupannya dan dari keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi masyarakat.
Palmo, Lowry, Weldon dan Scioscia mengidentifikasikan perubahan perubahan yang terjadi secara signifikan mempengaruhi struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya perceraian, kedua orang tua bekerja, pangkatan anak, enansipasi pria dan wanita, kebebasan hubungan seksual. Selain itu meningkatnya kesadaran tantang anak-anak cacat, keadaan depresi dan bunuh diri, kesulitan mencari pekerjaan dan ketidak mampuan ekonomi pada umumnya menambah unsur-unsur yang mempengaruhi kehidupan keluarga. Unsur-unsur Yang tidak menguntungkan itu secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh kepada anggota keluarga, bai pendidikan disekolah maupun yang tidak bersekolah lagi. mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda, baik mereka yang masih mengikuti Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak menguntungkan itu mengundang peranannya bimbingan dan konseling kedalam keluarga.[3]
Setelah kita mengetahui pengertian dari keluarga, maka kita dapat menjelaskan bahwa konseling keluarga menurut Hasnida adalah sebagai suatu proses interaktif yang berupaya membantu keluarga memperoleh keseimbangan homeostatis (kemampuan mempertahankan keluarga dalam keadaan seimbang) sehingga anggota keluarga dapat merasa nyaman.
Konseling keluarga merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para anggota keluarga lainnya dalam upaya memecahkan masalah yang dialami.[4]
Prayitno dan Erman Anti (1999) bimbingan dan konseling keluarga, sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, pelayanan trsebut telah dimulai sejak pertengahan tahun 1940-an dan sejak tahun 1980-an pelayanan yang menangani permasalahan dalam keluarga itu tampak berkembang dengan cepat. Pelayanan tersebut ditujukan kepada seluruh anggota keluarga yang memerlukannya.
Bimbingan dan konseling keluarga ditujukan kepada seluruh anggota keluarga yang memrlukannya, segenap fungsi, jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya dapat diterapkan dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan masing-masing karakteristik anngota keluarga yang memerlukan pelayanan itu. Masalah-masalahumum yang dibawa ke konseling pada dasarnya mengenai hubungan dalam keluarga, ketidak jujuran, ditinggalkan oleh suami/istri, harapan palsu, diabaikan mertua/iapar, perbedaan pribadi, kesukaran seks, keuangan dan kezalaiman. Penyelesaian masalah keluarga dapat dilakukan dengan cara:
a)  Penyelesaian masalah klien melalui layanan bantuan kkonseling perorangan dan konseling kelompok
b)      Penyelesaian masalah klien terkait dengan anggota keluarganya
c)      Klien menyetujui penyelesaian masalahnya melibatkan anggota keluarganya.
Melalui konseling keluarga akan dapat membantu anggota keluarga memahami fungsi dan perannya sebagai anggota keluarga.
Prinsip konseling keluarga dapat ditinjau dari sasaran layanan, permasalahan individu, program layanan, tujuan dann pelaksanaan layanan.

B.     Kenapa hidup berkeluarga
Keluarga adalah sebuah institusi sosial yang terdapat dalam masyarakat, dimana bentuk dan fungsinya berbeda dalam segi tertentu. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang hal ini:
1.      Institusi ini pada awalnya betujuan untuk memberikan perlindungan kepada kaum wanita yang sedang hamil yang memerlukan oarang lain untuk melindunginya.
2.      Fungsi keluarga adalah untuk menumbuhkan tanggung jawab terhadap pemeliharaan anak-anak
3.      Keluarga sebagai suatu usaha untuk pembahagiaan tugas yang perlu dilakukan dalam hidup bersama.
4.      Tidak seperti makhluk lain manusia diciptakan Tuhan memerlukan hubungan yang berkelanjutan.oleh karena itu hubungan antara laki-laki dan perempuan merupakan kelangsungan hidup keluarga (hubungan seksual).
5.      Manusia melahirkan anak paling banyak kembar dua dan tiga, yang pengasuhannya memerlukan masa/waktu.
6.      Masa kehamilan dan melahirkan merupakan proses panjang dan kompleks yang mempererat hubungan. Berbeda dengan hewan yang yang dapat berkembang sendiri
7.      Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain untuk hidup bersama.

C.    Asas-asas dalam keluarga
1.      Pengetahuan, setiap anggota keluarga baik disadari atau tidak mempunyai pengetahuan, kepercayaan tertentu dalam kesadaran dan ingatan masing-masing. Pengetahuan menjadi asas kepada anggapan, ekspektasi dan penilaian yanng dibuat tentang hidup berkeluarga. Ada pengetahuan yang dipelajari dari pada pengalaman sendiri seperti kepercayaan bahwa hidup dalam keluarga yang besar lebih bahagia dari pada hidup dalam keluarga yang kecil ataupun sebaiknya.
2.      Nilai, ibu bapak membawa masuk kedalam perkawinan sistem nilai yang mereka miliki masing-masing. Oleh karena itu sistem nilai tidak sama, kedua pihak perlu membuat penyesuaian tertentu, hasil daripada  penyesuaian ini timbul satu sistem yang digunakan sebagai dasar dan panduan bagi seluruh keluar. Beberapa nilai dasar/dalam keluarga diantaranya nilai keimanan, akhlak, nilai kemanusiaan, nilai ketekunan, nilai kemajuan, nilai kejujuran, nilai kesetiaan, nilai penyesuaian dalam masyarakat.
3.      Norma (peraturan), norma merupakan peraturan dan tingkah laku yang dianggap benar atau baik didalam suatu sistem sosial seperti yang terdapat di dalam keluarga. Norma yang terdapat dalam keluarga biasanya ditentukan oleh ibu/bapak dan ibu/bapak pula dipengaruhi oleh norma-norma yang terdapat dalam masyarakat.
4.      Perasaan/emosi, perasaan merupakan suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Perasaan dapat menentukan komunikasi bukan lisan seseorang terhadap sesuatu objek.
5.      Tingkah laku, perbedaan tingkah laku dapat menjadi sumbar komflik dalam keluarga baik yang berbentuk lisan maupun bukan lisan.
6.      Peranan, merupakan suatu pola tingkah laku yang mengandung suatu rangkaian tugas yang berkaitan diantara satu dengan lainnya, sebagia contoh menentukan masakan harian, membeli bahan masakan, menyediakan bahan masakan, dan memandikan adik.
7.      Konflik, setiap individu dan keluarga akan mengalami konflik tertentu, hanya kadar dan cara seseorang menghadapi konflik mungkin berbeda. Bagaimanapun konflik akan berlaku dalam kehidupan keluarga.




D.    Komunikasi dalam keluarga
Peranan komunikasi dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting. Antara suami dan istri perlu saling berkomunikasi dengan baiik untuk dapat mempertemukan satu dengan yang lain, sehingga dengan demikian kesalahpahaman dapat dihindarkan.
Disini bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti. Syarat utama agar komunikasi dapat dipahami yaitu lambang-lambang tersebut mengandung arti yanga sama bagi penyampaian dan penerima komunikasi. Komunikasi dapat berlangsung secara verbal ataupun secara nonverbal.
Komunikasi antara suami dan istri pada dasarnya harus terbuka. Karena telah merupakan satu kesatuan. Komunikasi yang terbuka diharapkan dapat menghindari kesalah pahaman. Dalam batas-batas tertentu sifat keterbukaan dalam komunikasi juga dilaksanakan dengan anak-anak, yaitu apabila anak telah dapat berfikir secara baik, anak telah dapat mempertimbangkan secara baik mengenai hal-hal yang dihadapinya. Dengan demikian diharapkan ada saling pengertian diantara seluruh anggota keluargadan dengan demikian akan terbina dan tercipta tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Komunikasi keluarga sebaiknya dua arah, yaitu saling memberi dan saling meneriama diantara anggota keluarga. Dengan komunikasi dua arah, masing-masing pihak akan aktif dan masing-masing pihak akan memberikan pendapatnya mengenai masalah yang dikomunikasikan.
Komunikasi dalam keluarga ini dapat berfungsi untuk mengendalikan anggota keluarga, menegaskan kekuatan hubungan dan perintah, serta memfungsikan anggota keluarga menjadi lebih baik.
Satir mengatakanbahwa masalah yang terjadi dalam keluarga berhubungan dengan harga diri dan komunikasi. Apabila harga diri yang dibentuk oleh keluarga sangat rendah dan terjadi komunikasi yang tidak baik antar anggota keluarga maka akan terjadi permasalahan.

E.     Sikap orang tua terhadap anak
Telah kita lihat bagaimana sangkut pautnya keadaan anak dengan lingkungan yang juga berubah dalam proses perkembangan kepribadian anak. Dengan demikian dalam membantu anak yang menghadapi masalah-masalah perlu kita teliti salah satu faktor yang penting dalam lingkungan, yakni orang yang berada atau dekat dengan lingkungan hidup anak. Maka tidak ada orang tua yang dengan sengaja mendidik anak supaya tidak berhasil dalam hidup. Setiap oarang tua mengharapkan anaknya kelak menjadi orang yang sukses. Tetapi dalam kenyataan tidak semua orang tua, pendidik berhasil mencapai tujuan pendidikan.
Pernah orang tua dengan tidak sengaja dan disadari mengambil suatu sikap tertentu. Anak melihat dan menerima sikap orang tuanya dan memperlihatkan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan, sehingga akhirnya menjadikan pola kepribadian anak.[5]
Dalam keluarga anak mulai mengadakan interaksi dengan orang tuanya, yaitu ayah dan ibu. Dalam interaksi masing-masing saling memberikan stimulus dan respon. Dengan interaksi anak dan orang tua, maka akan terbentuklah gambaran-gambaran tertentu pada masing-masing pihak sebagai hasil interaksinya. Anak akan mempunyai gambaran tertentu mengenai orang tuanya, demikian pula  sebaliknya orang tua akan mempunyai gambaran tentang anaknya. Dengan adanya gambaran-gambaran tertentu sebagai hasil persepsinya melalui komunikasi, maka akan terbentukalah sikap-sikap tertentu pada masing-masing pihak. Bagi orang tua anak sebagai objek sikap, sebaliknya bagi anak orang tua sebagai objek sikap.
Terbentuknya sikap orang tua terhadap anak dan sebaliknya terbentuknya sikap anak terhadap orang tua, merupakan hasil interaksi yang terus-menerus antara anak dengan orang tua dan iteraksi berlangsung melalui komunikasi. Dengan demikian akan jelas peran komunikasi dalam keluarga dalam kaitannya dengan pembentukan sikap, karena itu diperlukan sikap yang sebaik-baiknya dari orang tua terhadap anak.

F.     Hikakat diperlukannya bimbingan konseling dalam keluarga
Keperluan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, religius, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat memberikan bimbingan adalah filsafat humanisme. Aliran ini berpandangan bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Aliran ini berkeyakinan bahwa keluarga dan masyarakat yang miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan.
Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya. Implikasi dari keragaman ialah bahwa individu memilki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai denagan keunikan atau tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya.
Kehidupan sosial dan budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sistem lain. Keterbukaan ini  mendorongnya pertumbuhan, pergeseran, dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berfikir dan perilaku individu. Nilai menjadi hal penting dalam perkembangan individu karena nilai menjadi dasar bagi individu dalam proses memilih dan mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling membantu individu memelihara,memperluas, dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengenbangan diri.
Landasan religius ialah unsur-unsur keagamaan yang terkait erat dalam hakikat, keberadaan dan perikehidupan kemanusiaan. Dalam landasan religius dalam bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal yang mendasat yaitu:
ü  Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan.
ü  Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah agama.
ü  Upaya yang memungkinkan berkrmbang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Kemajuan ilmu dan teknologi yang Sangat pesat, kesempatan kerja berkembang dengan cepat pula sehingga setiap individu memerlukan bantuan dari pembimbing untuk penyesuaian minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang selalu merubah dan meluas. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataannya bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapt diatasi, persoalan yang lain timbul. Demikian seterusnya, manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Oleh karena itu bimbingan dan konseling sangat diperlukan.



KESIMPULAN

Keluarga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan bermasyarakat.didalam keluargalah setiap warga masyarakat memilai kehidupannya dan dari keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi masyarakat.
Konseling keluarga merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para anggota keluarga lainnya dalam upaya memecahkan masalah yang dialami.
Semua manusia berhak berkeluarga, karena manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain untuk hidup bersama. Dan dalan berkeluarga memiliki asas-asas yaitu:
·         Pengetahuan
·         Nilai
·         Norma (perturan)
·         Persaan/emosi
·         Tingkah laku
·         Peranan
·         Konflik
Kenyataannya bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapt diatasi, persoalan yang lain timbul. Demikian seterusnya, manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Oleh karena itu bimbingan dan konseling sangat diperlukan.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Lumongga namora, memahami dasar-dasar konseling, Jakarta, Prenada Media Group, 2011
2.      Hendri novi, Psikologi dan konseling keluarga,Medan, Citapustaka media perintis,2012
3.      M.luddin abu bakar, dasar-dasar konseling, Bandung, Citapustaka media perintis, 2009
4.      Mashudi farid, psikologi konseling, IRCiSoD, 2011
5.      D.gunarsa Y.singgih, psikologi untuk membimbing, Jakarta, gunung mulia, 1995





[1] Namora lumongga lubis, memahami dasar-dasar konseling, Jakarta, Prenada Media Group, 2011 hal 220
[2] Novi hendri, Psikologi dan konseling keluarga,Medan, Citapustaka media perintis,2012 hal 11
[3] Abu bakar M.luddin, dasar-dasar konseling, Bandung, Citapustaka media perintis, 2009, hal 149
[4] Farid mashudi, psikologi konseling, IRCiSoD, 2011, hal 25
[5] Y.singgih D.gunarsa, psikologi untuk membimbing, Jakarta, gunung mulia, 1995 hal 82-95