BAB II
PEMBAHASAN
A.
TUGAS DAN FUNGSI MANAJER
Manajer
adalah pimpinan atau pemimpin suatu organisasi. Dalam organisasi, istilah
manajer digunakan dengan berbagai istilah, yaitu direktur, rector, pimpinan,
ketua, kepala, presiden, dan sebagainya. Dalam pendidikan, ada yang disebut
dengan rector, direktur, ketua umum, kepala sekolah, mudir’am (bahasa Arab).
Rektor, dekan, ketua jurusan, direktur pascasarjana, ketua program studi di
perguruan tinggi, dan ketua untuk sekolah tinggi, kepala sekolah untuk sekolah
tingkat dasar sampai dengan tingkat menengah dan tingkat atas atau SLTP,
tsanawiyah, SMU, dan aliyah.
Manajer
memegang otoritas yang menentukan perkembangan lembaga pendidikan. Kedudukannya
sangat strategis karena berhubungan secara langsung dengan pengambilan
keputusan dan kebijaksanaan yang ditetapkan untuk dilaksanakan secara
operasional oleh seluruh bawahannya.
Karena
berhubungan secara langsung dengan pengambilan keputusan, paling tidak, seorang
manajer harus memiliki tiga macam keterampilan.
1.
Keterampilan
konseptual. Keterampilan
konsep merupakan keterampilan memahami dan mengelola organisasi.
2.
Keterampilan
manusiawi. Keterampilan manusia adalah
keterampilan melakukan kerja sama, memotivasi, dan membangkitkan etos kerja
para pegawai.
3.
Keterampilan
teknis. Keterampilan teknis adalah
keterampilan mengoprasionalkan alat-alat, metode, dan fasilitas lainnya yang
tradisional maupun modern.
Tugas
dan fungsi manajer adalah fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan seluruh
program kerja lembaga pendidikan secara konseptual. Kunci dasar dari visi dan
misi serta penjabarannya perlu diorganisasikan degan matang agar seluruh
manajer dan bawahannya dapat melakukan hubungan kerja sama yang sinergis dan
mampu melaksanakan secara praktis hingga pada hal yang bersifat teknis.
Sebagai
pembuat rencana sekaligus pengambil keputusan terhadap seluruh rencana yang
telah dirumuskan dan ditetapkan, ketegasan mengambil keputusan sangat penting.
Hal ini karena berkaitan secara lagsung dengan deskripsi kerja manajer madya
dan manajer operasional yang duduk terdepan dalam melakukan tugas-tugas konkret
dan teknis bersama-sama dengan bawahannya sebagai pelaksana langsung kegiatan
yang sesuai rencana dengan tetap diarahkan pada tujuan yang telah ditentukan,
baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka menengah dan jangka panjang.
Sebagai
manajer, ia harus mengetahui, mengerti, dan memahami semua hal yang berkaitan
dengan administrasi organisasi pendidikan, sekolah atau perguruan tinggi.
Bahkan ia harus memahami potensi yang dimiliki oleh para guru dan dosen
sehingga komunikasi dengan para pendidik dan seluruh bawahannya akan membantu
kinerjanya, terutama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh lembaga
pendidikan yang dipimpinnya.
Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai manajer organisasi pendidikan, manajer harus
memiliki berbagai persyaratan tertentu agar ia dapat menjalankan tugasnya
dengan baik. Beberapa persyaratan tersebut diantaranya adalah memiliki ijazah,
kemampuan mengajar, dan kepribadian yang baik, serta memiliki pengalaman
bekerja pada lembaga yang sejenis. Pengalaman kerja akan mematangkan cara kerja seorang manajer, dan
terutama akan akan memiliki kecerdasan emosional yang baik. Manajer yang tidak
berpendirian, emosional, ceroboh, pemarah, dan berbagai sifat buruk lainnya
akan menghambat tercapainya tujuan lembaga pendidikan. Sebaliknya, manajer yang
memiliki sifat pengayom, penyabar, tidak ceroboh, luwes, ramah,, tegas tetapi
tidak kaku, membantu para pendidik dalam menjalankan tugas-tugasnya akan
menyebabkan suasana lembaga pendidikan menjadi tertib dan harmonis sehingga
mempercepat terwujudnya tujuan yang diharapkan.
Manajer
juga harus memiliki ide-ide kreatif yang dapat meningkatkan perkembangan
pendidikan, ia dapat mendiskusikan ide-ide tersebut untuk diterapkan dalam
proses kependidikan. Bila dicapai kesepakatan antara manajer dengan para
pendidik, yaitu dosen dan guru, ide-ide tersebut dapat direalisasikan secara
sistematik[1].
Sebagai
manajer suatu lembaga pendidikan, ia mengembangkan tugas-tugas yang sangat
strategis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Tugas-tugas manajer secara
konseptual adalah sebagai berikut:
1.
Membuat
perencanaan
2.
Pengembangan
dan pemberdayaan kepegawaian
3.
Pengelolaan
administrasi keuangan lembaga
4.
Pengembangan
sarana dan prasarana lembaga.
Manajer
harus memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dalam melakukan
hal-hal berikut.
1.
Pelaksanaan
kegiatan yang arif dan bijaksana, serta tidak memaksakan kehendak.
2.
Berwibawa
dan loyal terhadapt tugas dan kewajibannya.
3.
Ahli
dan terampil.
4.
Perencana
yang penuh dedikasi terhadap yang telah direncanakannya.
5.
Pengambil
keputusan yang tegas, akurat, dan penuh perhitungan ke depan.
6.
Representasi
dari semua bawahannya.
7.
Pengawas
yang memberi teladan dengan pedoman Ing ngarso asung tulodo, Ing madyo
mangun karso, tut wuri handayani.
8.
Motivator
dan stabilisator untuk segala situasi dan kondisi.
9.
Pemberi
rewards and punishments bagi bawahannya.
10.
Bertindak
sebagai wasit yang adil dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dilembaganya.
11.
Panutan
bagi bawahannya, dan mampu berkomunikasi dengan suasana hati yang tenang dan
menyejukkan.
Manajer
dituntut bijaksana dalam mengambil keputusan, terutama dalam situasi yang
dilematik. Gaya pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan seorang
manajer ysng turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinannya.
Manajer
yang bijak adalah manajer yang ketika menghadapi masalah selalu melibatkan
semua bawahannya untuk ikut serta memecahkan masalah sesuai degan kapasitas dan
keahliannya. Gagasan pemecahan masalah dapat ditampung sedemikian rupa dari
seluruh bawahannyaa, dan bawahannya diberi kesempatan untuk memberikan contoh
pemecahan masalah.
B.
TUGAS TELAAH MASALAH BAGI MANAJER
Pada
hakikatnya, manajer yang memiliki keterampilan konseptual adalah manajer yang
cerdas menelaah masalah yang dihadapi. Permasalahan yang dihadapi oleh lembaga
pendidikan biasanya tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, melainkan oleh
beberapa faktor. faktor-faktor lahirnya masalah adalah sebagai berikut.
1.
Faktor
kepemimpinan suatu lembaga
2.
Faktor
penempatan manajer madya dan manajer operasional yang kurang mahir
3.
Faktor
sarana dan prasarana yang kurang memadai
4.
Faktor
tujuan pendidikan yang ditetapkan
5.
Faktor
sumberdaya manusia
6.
Faktor
kurikulum dan filosofi yang tidak rasional
7.
Faktor
sumber dana bagi operasional lembaga pendidikan
8.
Faktor
media pendidikan
9.
Faktor
lingkungan sekolah dan lingkungan eksternal sekolah yang kurang menunjang
10.
Sistem
yang buruk dan manajemen yang buruk
Manajer
yang akan mengambil keputusan harus
menelaah sistem manajemen yang selama ini diterapkan, misalnya menelaah kinerja
staf atau bawahannya. Tujuan dari suatu telaah staf adalah membantu manajer
dalam mengambil keputusan terhadap suatu masalah tertentu yang dihadapi. Hasil
yang diperoleh dari suatu penelaahan adalah rekomendasi yang memuat alternative
yang perlu ditempuh di dalam memecahkan suatu permasalahan. Pada umumnya, suatu
penelaahan memiliki karakteristik tertentu, yaitu:
1.
Proses
investigasi terhadap tujuan-tujuan lembaga pendidikan yang telah dievaluasi dan
hasilnya telah disempurnakan.
2.
Mengukur
diri sendiri
3.
Mencari
alternative pemecahan masalah yang paling memungkinkan.
4.
Perbandingan
terhadap alternatif-alternatif yang tersedia, terutama terhadap pengaruh yang
ditimbulkannya.
5.
Pertimbangan
aspek-aspek permasalahan yang dianggap penting.
6.
Pendekatan
irerative.[2]
Fungsi
telaah masalah, kaitannya dengan tugas manajer, terletak pada proses menentukan
langkah-langkah pengambilan keputusan. Manajer yang cerdas, cermat, dan
bijaksana dalam pengambilan keputusan, terutama, ketika menetapkan alternative
pemecahan masalah adalah manajer yang mementingkan penelitian dan pengujian
terhadap berbagai alternative yang ada. Pengambilan keputusan yang dilakukan manajer harus
mengacu pada pandangan-pandangan rasional dan kebijakan yang telah
dimusyawarahkan dengan seluruh bawahannya.
Beberapa
prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan pembinaan adalah sebagai
berikut:
1.
Prinsip
konstruktif, yaitu berpijak pada upaya mengembangkan kompetensi dosen/guru.
2.
Prinsip
inovatif dan kreatif, yaitu bertolak dari upaya menciptakan konsep-konsep baru
yang dapat dijadikan alternative pengembangan lembaga pendidikan.
3.
Prinsip
efektivitas dan efisien, yang bertolak dari pemanfaatan sarana dan prasarana
sesuai dengan kemampuan dan tidak memaksakan kehendak.
4.
Prinsip
objektivitas rasional, yang bertitik tolak dari tujuan, visi dan misi yang
dicanangkan, dengan melakukan penggemblengan kepribadian seluruh personal
lembaga pendidikan agar memiliki komitmen dan loyalitas yang kuat terhadap
lembaga pendidikan yang menjadi bagian dari kehidupannya.
5.
Prinsif
preventif, yaitu mencegah timbulnya hal-hal yang berakibat buruk.
6.
Prinsip
korektif, bertitik tolak dari keinginan memperbaiki seluruh kekurangan
sistematik lembaga pendidikan.
7.
Prinsip
kooperatif, yaitu bertitik tolak dari kerja sama yang sinergis di antara
seluruh personal lembaga pendidikan guna memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi dan melaksanakan seluruh perencanaan pendidikan sesuai dengan arahan
dan tujuan yag ditargetkan bersama.
8.
Prinsip
pluralistik, yaitu bertitik tolak dari keanekaragaman potensi dan kecakapan
personal lembaga pendidikan untuk disatupadukan dalam mengejar sasaran yang
menjadi tujuan lembaga pendidikan.
C.
TINGKATAN MANAJEMEN
Kadarman
dan Yusuf Udaya menjelaskan bahwa dalam organisasi kecil, menengah, besar
maupun raksasa, tugas-tugas manajemen adalah menggunakan sumber daya yang
memiliki seoptimal mungkin, dengan melakukan kegiatan yang efektif dan efisien
sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Kagiatan tersebut bermacam-macam,
baik dilihat dari segi bidangnya maupun keterampilan yang dibutuhkan. Karena
pendidikan, pengalaman, keterampilan, dan daya pemahaman terhadap sasaran
organisasi oleh masing-masing tenaga kerja tidak sama diperlukan orang-orang
tertentu yang bertugas mengarahkan semua kegiatan organisasi untuk pencapaian
tujuan organisasi. Orang tersebut adalah manajer. Menurut tingkatannya dalam
organisasi, ada tiga jenis manajer.[3]
1.
Manajer
puncak (top managers)
2.
Manajer
menengah (middle managers)
3.
Manajer
garis pertama (first line managers)
Jenis-jenis manajer dapat dibedakan menurut ruang lingkup kegiatan
yang dikelola.
1.
Manajer
fungsional (functional managers), yaitu manajer yang hanya bertanggung jawab
atas suatu kegiatan saja atau menjelankan satu fungsi manajerial saja, misalnya
manajer produksi/operasi, manajer pemasaran, manajer keuangan, atau manejer
SDM.
2.
Manajer
umum (general managers), yaitu manajer yang bertanggung jawab atas seluruh
kegiatan dalam unitnya, seperti keuangan, pemasaran, produksi/operasi, dan SDM.
Perlu
diketahui bahwa di dalam setiap organisasi, semakin tinggi tingkat
manajerialnya, jumlahnya semakin sedikit, dan sebaliknya. Selain itu, kerja
sama yang baik dan harmonis antara manajer dan karyawan mutlak diperlukan.
Tanpa itu semua, akan terjadi beberapa kerugian, terutama ketegangan-ketegangan
dan pemborosan-pemborosan yang akhirnya menghambat tercapai tujuan organisasi.
Setiap
tingkatan manajemen atau manajer dalam lembaga pendidikan harus memiliki tiga
keterampilan utama. Manurut Robert L. Kazn, tiga jenis keterampilan utama yang
dibutuhkan oleh semua tingkatan manajer, yaitu sebagai berikut:
1.
Keterampilan
teknis (technical skill), adalah kemampuan menggunakan alat-alat, prosedur,
teknis suatu bidang yang khusus, misalnya keterampilan dengan suatu cara
pembuatan produk, pemeliharaan mesin, penjualan produk, dan sebagainya.
Kaitannya dengan lembaga pendidikan keterampilan pimpinan perguruan tinggi atau
sekolah contohnya adalah keterampilan membuat satuan acara pembelajaran,
membuat modul, membuat jadwal kuliah atau kalender akademik, dll.
2.
Keterampilan
manusiawi (human skills), adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain
dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Keterampilan ini sangat penting bagi manajer agar ia dapat bekerja sama dengan
anggota-anggota organisasi yang lain, maupun memimpin rapat. Dalam lembaga
pendidikan, keterampilan manusiawi sangat penting karena guru berhubungan
dengan murid, dosen dengan mahasiswa, dan pemimpin berhubungan dengan seluruh anak
buahnya.
3.
Keterampilan
konseptual (conceptual skills), adalah kemampuan untuk mengoordinasikan dan
memadukan berbagai kepentingan dan kegiatan organisasi ini mencakup kemampuan
manajer untuk melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan dan memahami bagaimana
perubahan pada setiap bagian dapat memengaruhi keseluruhan organisasi.
Keterampilan ini wajib dimiliki oleh pimpinan pusat atau manajer puncak.[4]
DAFTAR PUSTAKA
Hikmat.
Manajemen Pendidikan, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2009.______
A.M. Kadarman dan Yusuf Udaya. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT
Prenhalliando. Cet. 05. 2001.______________________________________
Yusak Burhanuddin. Administrasi Pendidikan. Bandung: PUSTAKA SETIA.
2004.________________________________________________________