PSIKOLOGI SOSIAL
A.
Defenisi
Menurut David
O Sears (1994), psikologi social adalah ilmu yang berusaha secara
sistematis untuk memahami perilaku social, mengenai:
- bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social
- bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita
- bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social
Menurut Show
& Costanzo (1970), psikologi social adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari perilaku individual sebagai fungsi stimulus-stimulus social.
Defenisi ini tidak menekankan stimulus eksternal maupun proses internal,
melainkan mementingkan hubungan timbale balik antara keduanya. Stimulus diberi
makna tertentu oleh manusia dan selanjutnya manusia bereaksi sesuai dengan
makna yang diberikannya itu.
Sarlito Wirawan, setelah menyimpulkan beberapa defenisi psikologi sosial membedakan tiga
wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:
- Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, atribusi (sifat). Walaupun topik-topik ini bukan monopoli dari psikologi sosial, namun psikologi sosial tidak dapat menghindar dari studi tentang topik-topik ini.
- Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya.
- Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi, hubungan kekuasaan, otoriter, konformitas (keselarasan), kerjasama, persaingan, peran dan sebagainya.
Lebih lanjut dia mendefenisikan psikologi sosial sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang
sosial (social
psychology is the scientific study of individual behavior as a function of
social stimuli; Shaw & Coztanzo).
B.
Sejarah
Perkembangan Psikologi Sosial
Psikologi
sosial menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada
dua buku teks yang terkenal yaitu "Introduction to Social Psychology"
ditulis oleh William McDougall - seorang psikolog - dan "Social
Psychology : An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross -
seorang sosiolog. Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami
bahwa psikologi sosial bisa di"claim" sebagai bagian dari psikologi,
dan bisa juga sebagai bagian dari sosiologi.
Publikasi lain
yang dianggap fenomenal dalam kelahiran psikologi social adalah tulisan dari Floyd Allport pada tahun 1924. Dalam
tulisannya Allport terlihat berorientasi modern, setidaknya dalam padangan saat
ini. Argumentasinya terbukti bahwa tingkah laku social berakar dari berbagai
factor, mulai dari kehadiran orang lain hingga penggunaan metode eksperimental
untuk penelitian psikologi social. Ia juga mengangkat isu yang ternyata di
kemudian hari masih diperbincangkan dan didiskusikan misalnya konformitas dan
emosi seseorang yang terlihat dari ekspresi wajah.
Tokoh lain yang
berpengaruh pada perkembangan psikologi adalah Kurt Lewin. Lewin dengan
Teorinya field Theori (teori lapangan) mengembangkan bagaimana
perilaku terbentuk. Dia memberikan rumusan teoritis B = f (P,E). Tingkah laku
(B: Behavioral) merupakan hasil dari fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E:
Environment).
Psikologi
sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi
dikenal ada dua perspektif utama, yaitu perspektif struktural makro yang
menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada
kajian individualistik dan psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku
manusia.. Di Amerika disiplin ini banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American
Sociological Association terdapat satu bagian yang dinamakan "social
psychological section", sedangkan di Indonesia, secara formal disiplin
psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam prakteknya
tidak sedikit para pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini sehingga
dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut mewarnainya
Tahun 1970 dan
1980-an merupakan puncak masa pendewaan psikologi social. Ragam topic
penelitiannya juga meluas. Misalnya, kita temui atribusi, sikap, perbedaan
geder, psikolgi lingkungan, psikologi politik dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Di masa depan,
penelitian akan mengarah pada kognisi dan penerapan psikologi social dengan
menggunakan perfektif kebudayaan. Factor kognisi berupa atribusi, sikap,
stereotip, prasangka dan disonansi
kognitif (Baron dan Byrne, 1994; Glassman dan Hadd, 2004) adalah dasar dari
tingkah laku sosial manusia. Ketertarikan untuk mengembangkan faktor ini dalam
psikologi sosial berkembang pada tahun 1970-an. Perpektif kebudayaan dan sosial
sebagai tingkat analisis utama. Hal ini terlihat pada perkembangan identitas
sosial, representasi sosial dan sebagainya.
Kelahiran psikologi di Indonesia menjadi awal dari keberadaan psikologi
sosial di Indonesia. Diawali dengan munculnya bagian psikologi sosial di fakultas
psikologi di Universitas Indonesia pada tahun 1967. Kelahirannya di Indonesia
bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi sosial di dunia.
Selanjutnya, ditahun yang sama, fakultas psikologi Universitas Indonesia
mengembangkan bagian psikologi sosial yang kemudian menghasilkan para
peneliti-peneliti awal psikologi sosial di Indonesia.
Psikologi
social merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang
dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang
kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari
berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi social dapat
disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman
dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Sedangkan latar
belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat,
semisal, Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial
berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar
manusia. Berbeda lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua
macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlainan
sifatnya.
Jiwa massa
lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada
sifat-sifat jiwa individu. Berlaianan dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat
bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu,
hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam
keadaan terpendam. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam
buku yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan psikologi sosial.
Pada tahun 1950
dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi
dimulai disebagaian besar universitas . Dasar mempelajari psikologi sosial
berdasarkan potensi –potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses
perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat.
Potensi-potensi tersebut antara lain:
- kemampuan menggunakan bahasa
- adanya sikap etik
- hidup dalam 3 dimensi (dulu, sekarang, akan datang )
Ketiga pokok di
atas biasa disebut sebagai syarat human minimum. Dengan demikian yang tidak
memenuhi human minimum dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat.
Obyek manusia mempelajari psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial /
gejala-gejala sosial. Sedangkan metode sosial antara lain : a. Metode
Eksperimen, b. Metode survey, c. Metode Observasi, d. Metode diagnostik –
psychis, e. Metode sosiometri.
Sebagai ilmu
yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial
dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum,
Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak
psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang
bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang
menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi kekhususan dari hal-hal yang
bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan
psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi teoritis,
sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis.
Mengenai
psikologi sosial terdapat pertentangan faham diantara beberapa tokoh ilmu jiwa
social yang dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi dua aliran yakni,
aliran subyektifisme yang menyatakan bahwa individulah yang membentuk masyrakat
dalam segala tingkah lakunya. Dan aliran kedua adalah, obyektivisme yang
merupkan kebalikan dari aliran subyektivisme, bahwa masyarakatlah yang
menentukan individu.
Selain dua
aliran di atas, masih ada aliran yang membicarakan masalah hubungan antara
individu dengan masyarakat diantaranya adalah aliran historis dan cultural
personality.
C.
Manfaat
mempelajari psikologi sosial:
1.
memberikan gambaran kepada manusia, tentang
bagaimana manjalin kehidupan bermasyarakat yang ideal. Hal ini terkait antara
kodrat manusia sebagai makhluk individu yang sekaligus juga sebagai makhluk
sosial.
2.
Mencegah terjadinya konflik ditengah kehidupan
masyarakat. Sebab, dengan memahami psikologi sosial bisa mengatasi kesenjangan
ego yang muncul dari setiap individudalam hubungannya dengan masyarakat.
3.
Memberikan solusi ketika muncul konflik di
tengah masyarakat. Dengan memahami konsep yang ada dalam psikologi sosial, kita
bisa mengetahui karakter suatu masyarakat. Sehingga ketika muncul sebuah
konflik di tengah masyarakat akan mudah ditemukan solusi sebagai jalan tengah
dari permasalahan yang ada tersebut.
4.
Sebagai pedoman masyarakat, dalam mengelola
setiap perbedaan yang muncul di tengah masyarakat. Dengan demikian, pada
nantinya setiap perbedaan yang ada tersebut bisa digunakan sebagai modal untuk
mencapai tujuan bersama. Bukan sebaliknya, menjadikan perbedaan yang ada untuk
memicu perselisihan di antara sesame anggota masyarakat.
D.
Tujuan
Psikologi Sosial
Sama halnya
tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran Psikologi Sosial
bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan
Pendidikan Nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan
institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan . selanjutkan pencapaian tujuan
institusional ini, secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan
mata pelajaran. Akhirnya tujuan kurikuler ini , secara praktis operasional
dijabarkan dalam tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran.
Tujuan
kurikuler psikologi sosial yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi lima
tujuan berikut:
1.
Membekali peserta didik dengan pengetahuan
psikologi sosial sehingga tidak terpengaruh, tersugesti, atau terpengaruh oleh
situasi sosial yang tidak selamanya bernilai baik.
2.
Membekali peserta didik dengan kemampuan
mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternative pemecahan
masalah-masalah sosial secara tepat dan sistematis mengenai proses kejiwaan
yang berhubungan dengan kehidupan bersama.
3.
Membekali peserta didik dengan kemampuan
berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat sehingga memudahkan dalam
melakukan pendekatan untuk mewujudkan perubahan dan pengarahan kepada tujuan
sebaik-baiknya.
4.
Membekali peserta didik dengan kesadaran
terhadap lingkungan sosial sehingga mampu merubah sifat dan sikap sosialnya.
5.
Membekali peserta didik dengan kemampuan
mengembangkan pengetahuan dan keilmuan psikologi sosial sesuai dengan
perkembangan kehidupan , perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu, dan
perkembangan teknologi.
Kelima tujuan di atas , menjadi tanggung jawab
yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum psikologi sosial di berbagai
lembaga pendidikan . tentu dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai
dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar