Sabtu, 28 April 2012

PSIKOLOGI SOSIAL


PSIKOLOGI SOSIAL
A.      Defenisi
Menurut David O Sears (1994), psikologi social adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku social, mengenai:
  1. bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social 
  2. bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita 
  3. bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social
Menurut Show & Costanzo (1970), psikologi social adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku individual sebagai fungsi stimulus-stimulus social. Defenisi ini tidak menekankan stimulus eksternal maupun proses internal, melainkan mementingkan hubungan timbale balik antara keduanya. Stimulus diberi makna tertentu oleh manusia dan selanjutnya manusia bereaksi sesuai dengan makna yang diberikannya itu.
Sarlito Wirawan, setelah menyimpulkan beberapa defenisi psikologi sosial membedakan tiga wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:
  1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, atribusi (sifat). Walaupun topik-topik ini bukan monopoli dari psikologi sosial, namun psikologi sosial tidak dapat menghindar dari studi tentang topik-topik ini. 
  2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya. 
  3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi, hubungan kekuasaan, otoriter, konformitas (keselarasan), kerjasama, persaingan, peran dan sebagainya.
Lebih lanjut dia mendefenisikan psikologi sosial sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial (social psychology is the scientific study of individual behavior as a function of social stimuli; Shaw & Coztanzo).
B.       Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial
Psikologi sosial menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku teks yang terkenal yaitu "Introduction to Social Psychology" ditulis oleh William McDougall - seorang psikolog - dan "Social Psychology : An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross - seorang sosiolog. Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa di"claim" sebagai bagian dari psikologi, dan bisa juga sebagai bagian dari sosiologi.
Publikasi lain yang dianggap fenomenal dalam kelahiran psikologi social adalah tulisan dari Floyd Allport pada tahun 1924. Dalam tulisannya Allport terlihat berorientasi modern, setidaknya dalam padangan saat ini. Argumentasinya terbukti bahwa tingkah laku social berakar dari berbagai factor, mulai dari kehadiran orang lain hingga penggunaan metode eksperimental untuk penelitian psikologi social. Ia juga mengangkat isu yang ternyata di kemudian hari masih diperbincangkan dan didiskusikan misalnya konformitas dan emosi seseorang yang terlihat dari ekspresi wajah.
Tokoh lain yang berpengaruh pada perkembangan psikologi adalah Kurt Lewin. Lewin dengan Teorinya field Theori (teori lapangan) mengembangkan bagaimana perilaku terbentuk. Dia memberikan rumusan teoritis B = f (P,E). Tingkah laku (B: Behavioral) merupakan hasil dari fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E: Environment).
Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua perspektif utama, yaitu perspektif struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada kajian individualistik dan psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia.. Di Amerika disiplin ini banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American Sociological Association terdapat satu bagian yang dinamakan "social psychological section", sedangkan di Indonesia, secara formal disiplin psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam prakteknya tidak sedikit para pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini sehingga dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut mewarnainya
Tahun 1970 dan 1980-an merupakan puncak masa pendewaan psikologi social. Ragam topic penelitiannya juga meluas. Misalnya, kita temui atribusi, sikap, perbedaan geder, psikolgi lingkungan, psikologi politik dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di masa depan, penelitian akan mengarah pada kognisi dan penerapan psikologi social dengan menggunakan perfektif kebudayaan. Factor kognisi berupa atribusi, sikap, stereotip, prasangka dan disonansi kognitif (Baron dan Byrne, 1994; Glassman dan Hadd, 2004) adalah dasar dari tingkah laku sosial manusia. Ketertarikan untuk mengembangkan faktor ini dalam psikologi sosial berkembang pada tahun 1970-an. Perpektif kebudayaan dan sosial sebagai tingkat analisis utama. Hal ini terlihat pada perkembangan identitas sosial, representasi sosial dan sebagainya.
Kelahiran psikologi di Indonesia menjadi awal dari keberadaan psikologi sosial di Indonesia. Diawali dengan munculnya bagian psikologi sosial di fakultas psikologi di Universitas Indonesia pada tahun 1967. Kelahirannya di Indonesia bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi sosial di dunia. Selanjutnya, ditahun yang sama, fakultas psikologi Universitas Indonesia mengembangkan bagian psikologi sosial yang kemudian menghasilkan para peneliti-peneliti awal psikologi sosial di Indonesia.
Psikologi social merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi social dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Sedangkan latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat, semisal, Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia. Berbeda lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlainan sifatnya.
Jiwa massa lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada sifat-sifat jiwa individu. Berlaianan dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam buku yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan psikologi sosial.
Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai disebagaian besar universitas . Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi –potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain:
  1. kemampuan menggunakan bahasa 
  2. adanya sikap etik 
  3. hidup dalam 3 dimensi (dulu, sekarang, akan datang )
Ketiga pokok di atas biasa disebut sebagai syarat human minimum. Dengan demikian yang tidak memenuhi human minimum dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat. Obyek manusia mempelajari psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial / gejala-gejala sosial. Sedangkan metode sosial antara lain : a. Metode Eksperimen, b. Metode survey, c. Metode Observasi, d. Metode diagnostik – psychis, e. Metode sosiometri.
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi teoritis, sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis.
Mengenai psikologi sosial terdapat pertentangan faham diantara beberapa tokoh ilmu jiwa social yang dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi dua aliran yakni, aliran subyektifisme yang menyatakan bahwa individulah yang membentuk masyrakat dalam segala tingkah lakunya. Dan aliran kedua adalah, obyektivisme yang merupkan kebalikan dari aliran subyektivisme, bahwa masyarakatlah yang menentukan individu.
Selain dua aliran di atas, masih ada aliran yang membicarakan masalah hubungan antara individu dengan masyarakat diantaranya adalah aliran historis dan cultural personality.






























C.      Manfaat mempelajari psikologi sosial:
1.        memberikan gambaran kepada manusia, tentang bagaimana manjalin kehidupan bermasyarakat yang ideal. Hal ini terkait antara kodrat manusia sebagai makhluk individu yang sekaligus juga sebagai makhluk sosial.
2.        Mencegah terjadinya konflik ditengah kehidupan masyarakat. Sebab, dengan memahami psikologi sosial bisa mengatasi kesenjangan ego yang muncul dari setiap individudalam hubungannya dengan masyarakat.
3.        Memberikan solusi ketika muncul konflik di tengah masyarakat. Dengan memahami konsep yang ada dalam psikologi sosial, kita bisa mengetahui karakter suatu masyarakat. Sehingga ketika muncul sebuah konflik di tengah masyarakat akan mudah ditemukan solusi sebagai jalan tengah dari permasalahan yang ada tersebut.
4.        Sebagai pedoman masyarakat, dalam mengelola setiap perbedaan yang muncul di tengah masyarakat. Dengan demikian, pada nantinya setiap perbedaan yang ada tersebut bisa digunakan sebagai modal untuk mencapai tujuan bersama. Bukan sebaliknya, menjadikan perbedaan yang ada untuk memicu perselisihan di antara sesame anggota masyarakat.

D.      Tujuan Psikologi Sosial
Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran Psikologi Sosial bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan Pendidikan Nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan . selanjutkan pencapaian tujuan institusional ini, secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran. Akhirnya tujuan kurikuler ini , secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran. 
Tujuan kurikuler psikologi sosial yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi lima tujuan berikut:
1.        Membekali peserta didik dengan pengetahuan psikologi sosial sehingga tidak terpengaruh, tersugesti, atau terpengaruh oleh situasi sosial yang tidak selamanya bernilai baik.
2.        Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternative pemecahan masalah-masalah sosial secara tepat dan sistematis mengenai proses kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan bersama.
3.        Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan perubahan dan pengarahan kepada tujuan sebaik-baiknya.
4.        Membekali peserta didik dengan kesadaran terhadap lingkungan sosial sehingga mampu merubah sifat dan sikap sosialnya.
5.        Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan psikologi sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan , perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu, dan perkembangan teknologi.
Kelima tujuan di atas , menjadi tanggung jawab yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum psikologi sosial di berbagai lembaga pendidikan . tentu dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar