BAB I
PENDAHULUAN
Analisis
transaksional (TA) merupakan teori kepribadian dan sistem yang
terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu
waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak
lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik.
Tujuan dari analisis transaksional adalah otonomi, yang
didefinisikan sebagai kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk keintiman.
Dalam mencapai otonomi orang mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru
(redecide), sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan mengubah arah hidup
mereka. Sebagai bagian dari proses terapi TA, klien belajar bagaimana mengenali
tiga status ego Parent, Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien juga
belajar bagaimana perilaku mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh
aturan-aturan yang mereka terima dan dimasukkan sebagai anak-anak dan bagaimana
mereka dapat mengidentifikasi “lifescript” yang menentukan tindakan mereka.
Pendekatan ini berfokus pada keputusan awal bahwa setiap orang telah dibuat,
dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru untuk
mengubah aspek kehidupan mereka yang tidak lagi bekerja.
TA adalah terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain
dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien, dengan
jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses terapeutik. Klien dalam membangun
TA dan arah tujuan mereka dan menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat
mereka menyelesaikan kontrak mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi
cenderung menyamakan kekuatan terapis dan klien. Ini adalah tanggung jawab
klien untuk memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk mengubah keinginan
mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk secara aktif mengubah perilaku
mereka.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
LATAR BELAKANG ANALISIS TRANSAKSIONAL
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu
pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat
dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan
kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan.
Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh
klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan
yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk
membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
AT dikembangkan
oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne
adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Pendekatan
analisis transaksional ini berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan
analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi
analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang
dewasa, dan anak. Pada dasarnya teori analisis transaksional berasumsi bahwa
orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir, dan memutusakan
untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan- perasaannya.
Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne
menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Dalam eksprerimen
yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan bagaimana status ego
anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi satu sama lain, serta
bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam berbagai bidang
kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam sekolah, dan
sebagainya.
Dari eksperimen
ini Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh
bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi
dan hubungan traksaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong
pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan
psikologis. Percobaan Eric Berne ini dilakukan hampir 15 tahun dan akhirnya dia
merumuskan hasil percobaannya itu dalam suatu teori yang disebut Analisis
Transaksional dalam Psikoterapi yang diterbitkan pada tahun 1961. Selanjutnya
tahun 1964 dia menulis pula tentang Games Pupil Play, dan tahun 1966
menerbitkan Principles of Group Treatment. Pengikut Eric Berne adalah Thomas
Harris, Mc Neel J. dan R. Grinkers.
B.
KONSEP DASAR
ANALISIS TRANSAKSIONAL
Analisis Transaksional berakar dalam
suatu filsafat anti deterministik yang memandang bahwa kehidupan manusia
bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis Transaksional didasarkan pada
asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa
lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan
kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini
bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam
menghadapipersoalan-persoalan hidupnya.
Kata
transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam
komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi, yang dipertukarkan adalah pesan
pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan
untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di
dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Konsep AT
memiliki empat posisi dasar yaitu;
·
Pertama, Saya OK—Kamu OK
·
Kedua, Saya OK—Kamu Tidak OK
·
Ketiga, Saya Tidak OK—Kamu OK
·
Keempat, Saya Tidak OK—Kamu TidakOK.
Masing-masing dari posisi itu
berlandaskan pada keputusan yang dibuat seseorang sebagai hasil dari pengalaman
masa kecil. Bila, keputusan yang telah diambil, maka umumnya dia akan bertahan
pada keputusannya itu, kecuali bila ada intevensi (konselor atau kejadian
tertentu) yang mengubahnya. Posisi yang sehat adalah posisi dengan perasaan
sebagai pemenang atau posisi Saya OK—Kamu OK. Dalam posisi tersebut dua orang
merasa seperti pemenang dan bisa menjalin hubungan langsung yang terbuka. Saya
OK—kamu tidak OK, adalah posisi orang yang memproyeksikan masalah-masalanya
kepada orang lain dan biasanya melimpahkan kesalahan pada orang lain, ciri pada
posisi ini menunjukan sikap arogan, menjauhkan seseorang dari orang lain dan
mempertahankan seseorang dari teralinasi. Saya Tidak OK—Kamu OK , adalah posisi
orang yang mangalami depresi, merasa tidak kuasa dibanding dengan orang lain
dan cenderung menarik diri atau lebih suka memenuhi keinginan orang lain
daripada keinginan diri sendir. Saya Tidak OK—Kamu Tidak OK, adalah posisi
orang yang memupus semua harapan, bersikap pesimis, dan memandang hidup sebagai
sesutau yang hampa.
C.
TUJUAN
KONSELING (terapi)
Tujuan utama
dari AT adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang
berhubungan tingkah lakunya saat ini dan arah hidupnya. Sedangkan sasarannya
adalah mendorong klien agar menyadari, bahwa kebebasan dirinya dalam memilih
telah dibatasi oleh keputusan awal mengenai posisi hidupnya serta pilihan terhadap
cara-cara hidup yang stagnan dan deterministik.
Menurut Berne (1964) dalam Corey (1988) bahwa tujuan dari AT adalah pencapaian
otonom yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik; kesadaran,
spontanitas, dan keakraban.
Penekanan
terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang
manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang menyalahkan diri dan gaya
hidup otonom ditandai dengan kesadaran spontanitas dan keakraban. Menurut Haris
(19967) yang dikutip dalam Corey (1988) tujuan pemberian treatment adalah
menyembuhkan gejala yang timbul dan metode treatment adalah membebaskan ego
Orang Dewasa sehingga bisa mengalami kebebasan memilih dan penciptaan
pilihan-pilihan baru atas pengaruh masa lampau yang membatasi. Tujuan
terapeutik, dicapai dengan mengajarkan kepada klien dasar-dasar ego Orang Tua,
ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Para klien dalam setting kelompok itu belajar
bagaimana menyadari dan menjabarkan ketiga ego selama ego-ego tersebut muncul
dalam transaksi-transaksi kelompok.
D.
FUNGSI DAN
PERANAN TERAPI ANALISIS TRANSAKSIONAL
Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988)
memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang guru, pelatih atau nara
sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis
menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional,
analisis skenario, dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988),
peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien menemukan suasana masa
lampau yang merugikan dan menyebabkan klien membuat keputusan-keputusan awal
tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan mengembangkan
strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang
sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh
kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif untu menjalani
kehidupan yang lebih otonom.
Terapis
memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjuk kepada kontrak terapi,
sebagai bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan dalam proses terapi.
Tugas terapi adalah, menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam
hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien. Konselor
memotivasi dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego Orang Dewasanya
sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor dalam memeriksa keputusan–keputusan
lamanya serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.
E.
PERAN KONSELOR
1.
Konselor berperan sebagai guru,
pelatih dan narasumber
2.
Sebagai guru, konselor menerangkan
konsep-konsep seperti analisis structural, analisis transaksional, analisis
scenario, analisis permainan
3.
Sebagai pelatih, konselor mendorong dan
mengajari klien agar mempercayai ego dewasanya sendiri
4.
Membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa
lalu yang tidak menguntungkan
5.
Menolong klien mendapatkan prangkat yang
diperlukan untuk mendapatkan perubahan
6.
Menolong klien untuk menemukan kekuatan
internal guna mengambil keputusan yang cocok.
F.
TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI
Untuk melakukan terapi dengan
pendekatan AT menurut Haris dalam Corey (1988) treatment individu-individu
dalam kelompok adalah memilih analisis-analisis transaksional, menurutnya fase
permualaan AT sebagai suatu proses mengajar dan belajar serta meletakan pada
peran didaktik terapis kelompok. Konsep-konsep AT beserta tekniknya sangat
relevan diterapkan pada situasi kelompok, meskipun demikian penerapan pada
individu juga dianggap boleh dilakukan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh,
bila digunakan dengan pendekatan kelompok.
·
Pertama, berbagai ego Orang Tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi
bisa diamati.
·
Kedua, karakteristik-karakteristik ego anak pada
masing-masing individu di kelompok bisa dialami.
·
Ketiga, individu dapat mengalami dalam suatu lingkungan yang
bersifat alamiah, yang ditandai oleh keterlibatan orang lain. Keempat,
konfrontasi permainan yang timbal-balik dapat muncul secara wajar. Kelima, para
klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok.
Prosedur pada AT dikombinasikan dengan terapi Gestalt,
seperti yang dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988) dia
menggabungkan konsep dan prosedur AT dengan eksperimen Gestalt, dengan
kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif untuk mencapai
kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat dipilih dan
diterapkan dalam AT, yaitu;
1.
Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang
menjadi dasar struktur kepribadian klien. Analis hendaknya bisa mengenal 1)
apakah klien menggunakan ego state tertentu, 2) apakah ego state klien, normal,
terkontaminasi atau eksklusif, dan 3) bagaimanakah energi egogram klien
tersebut.
Dengan mengetahui struktur ego state klien, akan diketahui masalah yang
dihadapi klien. Bila klien dominan menggunakan ego state A masalah yang
dihadapinya kurangnya rasa pecaya diri atau
dipandang rendah o rang lain. Bila O yang domninan maka klien tengah ditakuti,
dijauhi, disisihkan atau diasingkan orang lain.
2.
Analisis transaksional
Transaksi antara konselor – klien pada hakekatnya adalah tranasksi antar
status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat dari respons
atau stimulus klien. Dengan orang lain Baik dari kata-kata yang diungkapkan
klien, maupun dengan bahasa non verbal. Data atau informasi yang diperoleh dari
transaksi dijadikan konselor untuk bahan analisis atau problem yang dihadapi
klien.
3.
Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara
Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Mungkin Klien dalam
transaksinya sering mengumpulkan “kupon emas atau kupon Coklat” (perasaan
menang atau perasaan kalah). Bila klien dalam games sering berperan sebagai
pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi amat takut sewaktu-waktu akan
menerima kopon cokelat yang banyak.
4.
Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha terapist yang terakhir, dan diperlukan
mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini
hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak masa kecil dan standar
sukses yang telah ditanamkan orang tuanya.
BAB III
SIMPULAN
Analisis transaksional (AT) adalah salah satu
pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Yang dikembangkan
oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Pendekatan
analisis transaksional ini berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan
analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi
analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang
dewasa, dan anak.
Ø Konsep AT memiliki empat posisi dasar
yaitu;
·
Pertama, Saya OK—Kamu OK
·
Kedua, Saya OK—Kamu Tidak OK
·
Ketiga, Saya Tidak OK—Kamu OK
·
Keempat, Saya Tidak OK—Kamu TidakOK.
Ø Tujuan utama dari
AT
adalah membantu klien dalam membuat
keputusan-keputusan baru yang berhubungan tingkah lakunya saat ini dan arah
hidupnya. Sedangkan sasarnnya adalah mendorong klien agar menyadari, bahwa
kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh keputusan awal mengenai
posisi hidupnya serta pilihan terhadap cara-cara hidup yang stagnan dan
deterministik.
Ø Adapun peran konselor:
1.
Konselor berperan sebagai guru,
pelatih dan narasumber
2. Sebagai guru,
konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis structural, analisis
transaksional, analisis scenario, analisis permainan
3. Sebagai
pelatih, konselor mendorong dan mengajari klien agar mempercayai ego dewasanya
sendiri
4. Membantu klien
dalam hal menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan
5. Menolong klien
mendapatkan prangkat yang diperlukan untuk mendapatkan perubahan
6. Menolong klien
untuk menemukan kekuatan internal guna mengambil keputusan yang cocok.
Ø Teknik yang
bisa digunakan yaitu:
1.
Analisis struktur
2.
Analisis transaksional
3.
Analisis mainan
4.
Analisis script
DAFTAR PUSTAKA
_____Gerald Corey. Teori dan
praktik konseling & psikotrapi, Refika aditama, Bandung 2009.
________________________Expertrese.blogspot.com/2011/03/psikotrapi-pendekatan-analisis.
______Sofyan S. Willis. Konseling
Individual teori dan prakter, ALFABETA, Bandung 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar