Selasa, 13 November 2012

motivasi interinstik & eksterinstik



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja, entah itu dari diri kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain. Dorongan yang kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga dalam kita mengerjakan suatu hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Dalam hal ini kegiatan yang kita lakukan dapat berbentuk negatif ataupun positif meskipun motivasi kita semua awalnya “baik”. Yang dimaksud dengan motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi agar mau dan rela untuk mengakibatkan seseorang untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya. Pada hakikatnya motivasi adalah suatu proses psikologis yang sangat mendasar. Dan motivasi merupakan proses yang amat penting dalam memahami sebab musabab perilaku seseorang. Kegiatan individu bukan suatu kegiatan yang terjadi begitu saja, tapi selalu ada faktor yang mendorong itu adalah motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya.











BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsep Dasar Motivasi
1.   Pengertian
Dari segi taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa latin yang artinya bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai definisi tentang motivasi antara lain adalah keinginan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan, insentif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku seseorang yang terarah pada pencapaian tujuannya.[1]
Istilah motivasi didefinisikan, tiga komponen utama dari motivasi adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Kebutuhan, yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang seharusnya dimiliki, baik dalam arti fisiologis maupun psikologis.
Contoh yang bersifat fisiologis, apabila seseorang lapar, maka akan timbul kebutuhan untuk menghilangkankan rasa lapar tersebut. Sedangkan contoh yang bersifat psikologis, yaitu apabila seseorang kesepian, ia akan berusaha mencari teman untuk menghilangkan rasa kesepiannya itu.
Usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya melahirkan dorongan. Berarti dorongan merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dorongan, sebagai segi kedua dari motivasi. Berorientasi pada tindakan tertentu. Dorongan yang berorientasi pada tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti motivasi. Sebab apabila tidak ada tindakan, situasi ketidakseimbangan tidak akan pernah teratasi.
Segi ketiga motivasi adalah tujuan. Dalam kaitannya dengan keprilakuan, tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Mencapai tujuan berarti mengembalikan keseimbangan dalam diri seseorang, baik yang bersifat fisiologis maupun yang bersifat psikologis dan tercapainya tujuan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan dorongan yang pernah timbul. Contoh apabila seseorang lapar (kebutuhan), ia akan berusaha untuk mencari jalan untuk menghilangkan rasa laparnya itu (dorongan, apabila ia telah makan dan kenyang, maka tujuan tercapai.
Suatu tujuan merupakan satu kebutuhan akhir seseorang, sedangkan kebutuhan merupakan segi potensial daripada tujuan, sedangkan dorongan atau rangsangan merupakan segi aktualnya daripada tujuan.[2]
Maslow mengemukakan, bahwa motivasi manusia senantiasa menggerakkan kepada pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat, antara lain :
-          Pemenuhan kebutuhan fisiologis (jasmani)
-          Pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan
-          Pemenuhan kebutuhan hidup bermasyarakat.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa : pertama, satu kebutuhan yang telah terpenuhi mungkin saja timbul kemudian pada gilirannya memerlukan dorongan dan tujuan. Kedua, motivasi merupakan suatu proses yang terjadi secara berkelanjutan dalam kehidupan seseorang
Greenberg dan Baron (1993:119) dalam Djatmiko (2008: 69) motivasi adalah suatu proses yang mendorong mengarahkan dan memelihara perilaku manusia kearah pencapaian suatu tujuan. Menurut Hanson (1997:142), mengemukakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang ada di dalam diri manusia membentuk motivasi.
Tjutju Yuniarsih dkk (1998:149-150) mengemukakan bahwa “Motivasi adalah suatu proses psikologis yang ada dalam diri setiap orang, suatu daya dorong (inner drives) yang akan menghasilkan perilaku untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatan”.
B.     Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya misalnya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lainnya.  Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin dipuji atau ganjaran.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.  Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.[3]
 Dari pendapat Suharno dan A.M Sardiman tentang motivasi Intrinsik, motivasi ekstrinsik serta ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi, diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-unsur atau indikator-indikator motivasi belajar sebagai berikut:
Motivasi Intrinsik
-          Senang menjalankan tugas belajar.
-          Menunjukan minat mendalami materi yang di pelajari lebih jauh
-           Bersemangat dan bergairah untuk berprestasi.
-          Merasakan pentingnya belajar
-          Ulet dan tekun dalam menghadapi masalah belajar.
-          Mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.
Menurut Vallerand, dkk., secara garis besar, ada 3 tipe motivasi intrinsik.
1.      Motivasi Intrinsik untuk Tahu.
      Dalam motivasi untuk tahu ini, seseorang melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena kesenangan untuk belajar. Dalam konteks olahraga, motivasi ini penting dalam proses latihan. Para pemain harus mempunyai motivasi intrinsik jenis ini untuk memastikan bahwa mereka selalu terlibat dalam proses latihan dengan baik. Untuk selalu menggugah motivasi ini, para pelatih juga harus selalu kreatif menciptakan metode latihan yang selalu memberi sesuatu yang baru kepada para pemain. Jika pelatih gagal memberi sesuatu yang baru, mungkin motivasi yang sudah dimiliki oleh para pemain akan luntur perlahan-lahan.
2.      Motivasi Intrinsik yang berkaitan dengan pencapaian.
      Manusia selalu mempunyai naluri untuk mencapai sesuatu. Bahkan secara ekstrem, orang yang sudah kaya raya pun tidak pernah berhenti untuk mengeruk harta. Ini membuktikan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu. Dalam konteks olahraga, atlet sebenarnya juga mempunyai hal serupa.  Motivasi intrinsik tipe ini seseorang melakukan aktivitas karena terdorong oleh kesenangan mencoba untuk melampaui dirinya sendiri. Artinya ada keinginan untuk lebih dan lebih. Seorang pelatih bisa menciptakan hal ini dengan selalu membawa unsur kompetisi dalam proses latihan. Para pemain juga harus selalu mengikuti kompetisi yang kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. Selain untuk mengevaluasi kemampuan, tapi juga agar mereka selalu terfasilitasi untuk melewati pencapaian yang sudah pernah diperoleh.
3. Motivasi Intrinsik untuk merasakan stimulasi.
Jenis ini mendorong seseorang untuk terlibat dalam sebuah aktivittas dalam rangka merasakan kenikmatan yang sensasional. Para atlet panjat tebing, pendaki gunung dan sebagainya adalah contoh orang-orang yang selalu ingin merasakan pengalaman yang sensasional ini. Untuk atlet lain, barangkali dengan mendapat pencapaian tertinggi, maka pengalaman sensasional ini akan tercapai. Bayangkan jika seseorang berhasil mendapatkan medali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk itulah, para atlet harus selalu dirangsang untuk selalu mengeset sasarannya setinggi mungkin[4].

C.     Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuma.  Motivasi manusia yang diaktifkan oleh penghargaan dari luar. Atau dengan kata lain melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.  
 Sebagai contoh seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik, atau agar mendapat hadiah. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Motivasi ekstrinsik :
-          Ganjaran (award)  atau Hadiah (reward)
-          Hukuman (punishment)
-          Persaingan dengan teman /lingkungan ( Competition)





BAB III
PENUTUP

Simpulan
Konsep dasar motivasi terdiri atas tiga komponen utama adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Motivasi adalah suatu proses psikologis yang ada dalam diri setiap orang, suatu daya dorong (inner drives) yang akan menghasilkan perilaku untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatan”.
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar














DAFTAR PUSTAKA

Santrock, W. Santrock. Psikologi Pendidikan. Jakarta  : Kencana, 2007
Sardiman. Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2011.
 Siagian. Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Perilaku Organisasional. Jakarta: PT Toko Gunung Agung. 1995
 Zainun, Buchari. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara. 1989.


[1]  S.P. Siagian. Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Perilaku Organisasional. (Jakarta: PT Toko Gunung Agung. 1995), hal. 93-94

[2]  Buchari Zainun. Manajemen dan Motivasi. (Jakarta: Balai Aksara. 1989), hal. 20
[3]  Sardiman A.M.Interaksi & motivasi belajar mengajar. ( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 89-90
[4]   Santrock, W. Santrock. Psikologi Pendidikan.( Jakarta  : Kencana, 2007), hal. 280

Tidak ada komentar:

Posting Komentar