FILSAFAT ILMU
DR. H.A.FUAD IHSAN
RINEKA CIPTA
2010
295 HALAMAN
NAMA : KHAIRUN NISAK
JURUSAN/SEMESTER : BKI I / III
DOSEN : SILAHUDDIN, M.Ag
BAB I
MENGENAL FILSAFAT ILMU
A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu
Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
1. Filsafat Sebagai Ilmu
Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena dalam pengertian filsafat terkandung 4 pertanyaan ilmiah, yaitu: bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, apakah.
Kalau ilmu-ilmu lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu kepada tahu, sedangkan ilmu filsafat bergerak dari tidak tahu kepada tahu selanjutnya kepada hakikat.
2. Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Berfikir secara filsafat haruslah mendalam sampai kepada hakikat dan menyeluruh. Hal ini harus memenuhi persyaratan, yaitu:
- Harus sistematis - Harus sinoptik
- Harus konsepsional - Harus rasional
- Harus koheren - Harus mengarah kepada pandangan dunia
3. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
B. Definisi Filsafat dan Filsafat Ilmu
1. Definisi Filsafat
a. Plato (427 SM - 347 SM) mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
b. Al-Farabi (wafat 950) mengatakan: Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam majud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
c. Notonagoro mengatakan: Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
d. Arisoteles (384 SM – 322 SM) mengatakan: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
2. Definisi Filsafat Ilmu
The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
C. Objek dan Metode Filsafat Ilmu
1. Objek filsafat ilmu
a. Objek Material Filsafat Ilmu
b. Objek Formal Filsafat Ilmu
2. Metode filsafat ilmu
Metode-metode ilmiah yaitu: (a) rumusan masalah, (b) menentukan khasanah pengetahuan ilmiah, (c) penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis, (d) penyusunan hipotesis, (e) pengujian hipotesis, (f) penarikan kesimpulan.
D. Cabang-Cabang Filsafat dan Kegunaan Filsafat
1. Cabang-cabang filsafat
Filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika, estetika, epistemology, dan filsafat-filsafat khusus lainnya.
2. Kegunaan filsafat
Sekurang-kurangnya ada 4 macam kegunaan mempelajari filsafat, yaitu: (a) agar terlatih berpikir serius, (b) agar mampu memahami filsafat, (c) agar mungkin menjadi ahli filsafat, (d) agar menjadi warga Negara yang baik.
E. Ruang Lingkup Filsafat
Ruang lingkup filsafat terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat sistematis, filsafat khusus, dan filsafat keilmuan.
BAB II
FILSAFAT, PENGETAHUAN DAN ILMU
A. Sumber Filsafat
Plato mengatakan bahwa filsafat mulai dengan ketakjuban, dengan keheranan. Dari rasa takjub dan heran itulah muncul sebuah pertanyaan dan merangsang pikiran kita untuk mencari jawabannya. Kalau di zaman purba filsafat mulai dengan keheranan, maka di zaman modern, mulai dengan Descartes, ia biasanya mulai dengan kesangsian. Ada 3 sikap manusia dalam menghadapi segala sesuatu. Yang pertama ia percaya, kedua ia tidak percaya, ketiga ia sangsi. Bagi filsafat modern kesangsian itu merupakan sumber filsafat. Tanpa sangsi, orang tidak berpikir. Tanpa berpikir filsafat tidak lahir. Tanpa berpikir ilmu pun tidak mungkin terbentuk.
B. Filsafat, Ilmu, Kebudayaan, dan Agama
1. Filsafat dan Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab (alima) dan berarti pengetahuan. Baik ilmu ataupun filsafat sama-sama mencari pengetahuan dan pengetahuan yang dicari itu ialah pengetahuan yang benar. Perbedaannya ilmu melukiskan, sedangkan pengetahuan filsafat menafsirkan. Ilmu mencari pengetahuan dari segi-segi tertentu, bidang-bidang khusus. Sedangkan filsafat mencari pengetahuan dari semua segi dan bidang menyeluruh.
2. Filsafat dan Kebudayaan
Kebudayan itu meliputi seluruh kehidupan manusia. Kebudayaan adalah cara berpikir. Sedangkan filsafat berpikir secara sistematis. Filsafat berfungsi mengendalikan cara berpikir kebudayaan. Kebudayaan bersahaja diatur oleh adat.
3. Filsafat dan Agama
Ada 2 katagori agama :
o Agama budaya
o Agama langit
Filsafat agama bertolak dari yang gaib, yang diperpegangi oleh hati, membawanya dengan berpikir kea lam budi. Bertolak dari definisi filsafat, adalah takrif filsafat agama: sistem kebenaran tentang agama sebagai hasil berpikir secara radikal, sistematis dan universal. Ada 2 bentuk filsafat agama, yakni filsafat agama pada umumnya dan filsafat sesuatu agama. Baik filsafat ataupun agama menentukan norma-norma baik dan buruk. Perbedaannya yaitu mana-manakah yang baik dan yang buruk itu.
C. Teori, Aliran, dan Jenis-jenis Pengetahuan
1. Teori pengetahuan
Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal bisa membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di luar penjelmaan material. Ada 4 teori yang dapat dijadikan acuan apakah pengetahuan itu benar atau salah, yaitu: (1) teori korespondensi, (2) teori koherensi, dan (3) teori paragmatisme.
2. Aliran-aliran pengetahuan dalam masalah pengetahuan
Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut: (a) Rasionalisme, (b) Empirisme, (c) Realisme, (d) Kritisisme.
Persoalan pengetahuan yang menekankan pada hakikat pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut ini: (a) Idealisme, (b) Empirisme, (c) Positivisime, (d) Pragmatisme.
3. Jenis-jenis pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa sumber: (a) Pengetahuan wahyu, (b) pengetahuan intuitif, (c) pengetahuan rasional, (d) pengetahuan empiris, (e) pengetahuan otoritas.
D. Metode Ilmiah
1. Guna metode
Guna metode untuk : menemukan, mengajar, ilmu pengetahuan, autoritas (kepercayaan), empiris, rasional, konstruksi, sistematis.
2. Metode kebimbangan
Apabila orang bimbang terhadap segala-galanya, berarti tidak dapat mempunyai premis-premis tertentu, konklusinya pun akan berupa kebimbangan. Cara kerja metode dengan analisis dan sintesis.
3. Metode dalam ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan itu mencari yang umum pada barang. Yang mutlak, sebab-sebab dan hokum-hukum itu adalah realitas-realitas yang mutlak secara metaphysic, physis atau moral. Tapa yang mutlak itu dunia dengan kejadian-kejadiannya, dan perbuatan-perbuatan manusia, tidak dapat kita mengerti.
4. Metode ilmu pengetahuan alam kodrat
Ilmu pengetahuan alam kodrat ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: ilmu pengetahuan alam kodrat yang anorganis, dan ilmu pengetahuan alam kodra yang organis.
Ada 4 metode ilmu pengetahuan, yaitu: (a) observasi, (b) hipotesis, (c) eksperimen, (d) indukasi.
BAB III
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
A. Definisi dan Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan
1. Definisi ilmu pengetahuan
Ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaah yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan bebagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
2. Ciri-ciri ilmu pengetahuan
Menurut The Liang Gie (1987) ciri-ciri ilmu pengetahuan ada 5 pokok: (a) empiris, (b) sistematis, (c) objektif, (d) analitis, (e) verifikatif.
B. Penalaran dan Logika
1. Penalaran
Penalaran adalah kegiatan berfikir yang memiliki karakteristik tertentu dalam menemukan sutau kebenaran.
2. Logika
Logika adalah cara penarikan simpulan, logika dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni logika induktif dan logika deduktif.
C. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dapat diperoleh melalui rasionalisme, empirisme, intuisi dan wahyu. Syarat mutlak bagi orang untuk dapat dikatakan “mengetahui” yaitu tidak ragu dengan sebuah pernyataan.
D. Kriteria dan Cara Penemuan Kebenaran
1. Kriteria kebenaran
Untuk menemukan kebenaran suatu pengetahuan ada 3 teori yang dapat dijadikan sebagai kriteria, yaitu: (a) teori koherensi, (b) teori korespondensi, (c) teori pragmatis.
2. Cara penemuan kebenaran
Cara penemuan kebenaran dibagi dua, yaitu cara penemuan kebenaran nonilmiah : (a) akal sehat, (b) prasangka, (c)pendekatan intuisi, (d) penemuan kebetulan dan coba-coba, (e) pendekatan otoritas ilmiah dan pikiran kritis. Dan cara penemuan kebenaran ilmiah yaitu: (a) skeptic, (b) analitik, (c) kritis.
E. Ilmu, Teknologi dan Seni
Ilmu, teknologi dan seni yang tergolong sains, merupakan natural sciences berorientasi terhadap pengetahuan tentang kealaman, adalah cara pandang mengenai pemanfaatan alam dengan segala isinya yang bersifat materialis.
BAB IV
FILSAFAT ABAD MODERN
A. Renaissance
Menurut Jukes Michelet, Renaissance adalah priode penemuan manusia dan dunia dan bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern.
B. Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Tokoh Rasionalisme ini adalah Spinoza (1632-1677 M), dan Leibniz (1646-1766 M).
C. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh Idealisme ini adalah J.G. Fichte (1762-1914 M), F.W.S. Schelling (1775-1854 M), dan G.W.F. Hegel (1770-1031 M)
D. Empirisme
Emperisme adalah salah satu aliran yag menekankan peranan pengalaman dalm memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Tokoh Empirisme ini adalah Francis Bacon, Thomas Hobbes, John Lock dan lainnya.
E. Kantianisme
Faham ini dibawa oleh Immanuel Kant, pemikirannya yang terpenting adalah pemikiran akal murni. Menurutnya tujuan jiwa adalah memilih dan mengarahkan penggunaan sensasi dan pemikiran.
F. Pragmatisme
Paragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu adalah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Tokoh Pragmatisme ini adalah William James, John Dewey.
G. Eksistensialisme
Filsafat Eksistensi adalah benar-benar sebagaimana arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral. Tokoh filsafat ini adalah Martin Heidegger, J.P. Sartre, Gabriel Marcel.
H. Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.
I. Materialisme
Aliran filsafat ini memangdang bahwa realitas seluruhnya adakah materi belaka. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freuerbach. Menurutnya hanya alamlah yang ada. Manusia adalah alamiah.
J. Marxisme
Marxisme adalah aliran filsafat yang ditujukan kepada ajaran Karl Marx. Marx beranggapan bahwa dalam masyarakat komunis dengan sendirinya agma akan lenyap, karena agama merupakan ekspresi kepaan manusia.
K. Anti Theisme atau Atheisme
Anti Theisme merupakan aliran filsafat yang ingin mewujudkan sejarah manusia tanpa Tuhan. Tokoh filsafat aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1890 M). pokok-pokok filsafatnya di antaranya mengenai kehendak manusia, manusia sempurna, dan kritikan terhadap agama (Kristen).
BAB V
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
A. Zaman Purba (15 SM – 7 SM)
Manusia di zaman purba masih berada pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran. Pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu: (1) pengetahuan didasarkan pada pengalaman, (2) pengetahuan berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind, (3) kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan, (4) kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap hasil abastraksi yang dilakukan, dan (5) kemampuan meramalkan peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi.
B. Zaman Yunani (7 SM – 6 M)
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada masa ini muncul beberapa aliran : (a) Stoisisme, (b) Epikurisme, (c) Skeptisisme, (d) Eklektisisme, (e) Neo Platonisme.
C. Zaman Pertengahan (6 M - 15 M)
Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu priode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia. Pada zaman ini kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama.
D. Zaman Renaissance (14 M – 17 M)
Renaissance adalah zaman peralihan ketika kebudayaan Aband Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
E. Zaman Modern (17 M – 19 M)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan paza zaman ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance.
F. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 – Sekarang)
Pada zaman Kontemporer ini ditandai dengan makin meluasnya penggunaan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari, dan makin lama makin mencapai skala missal. Perkembangan ilmu juga ditandai dengan terjadinya spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuan kontemporer hanya mengetahui hal yang sedikit tetapi secara mendalam.
BAB VI
ETIKA KEILMUAN
A. Pengantar
Ilmu berupaya mengantarkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Ilmu dan moral termasuk ke dalam genus pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-masing.
B. Antara Etika, Moral, Norma dan kesusilaan
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia.
Moral adalah sama artinya dengan etika, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Norma adalah sebuah ukuran atau dapat diartikan sebagai suatu peratura. Kesusilaan adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi di dalam jiwa
C. Dimensi Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologi
1. Dimensi Ontologis
Dimensi ini membahas sesuatu yang ada. Ontology membahas asas-asas rasional dari kenyataan.
2. Dimensi Epistemologi
Dimensi ini mempelajari asal mula, sumber, manfaat, dan sahihnya pengetahuan. Landasan epistemology ilmu menyangkut cara berpikir keilmuan berkenaan dengan kriteria tertentu agar sampai pada kebenaran ilmiah
3. Dimensi Aksiologi
Aksiologi sebagai nilai membahas tentang hakikat nilai, sehingga disebut filsafat nilai.
D. Hubungan Antara Nilai dan Budaya
Hubungan antara nilai dan budaya sangatlah erat. Faktor budaya berpengaruh dominan dalam proses penilaian. Nilai sebagai konsep ukuran yang diyakini seseoran merupakan bagian dari kebudayaan.
E. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional adalah kepribadian manusia Indonesia dalam wujudnya berupampandangan hidup, cara berpikir, dan sikap terhadap pelbagai aspek kehidupan bangsa. Peranan ilmu disini disesuaikan dengan kebudayaan yang ada dalam masyarakat kita dengan pendekatan edukatif dan persuasif.
BAB VII
ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI
A. Dimensi Ilmu, Teknologi dan Seni
Ilmu, teknologi dan seni sebagai proses memandang manusia merupakan unsure pelaku dalam memahami arti hidup bagi kehidupannya. Pengaplikasiannya berupa prasarana maupun sarana kegiatan sosial, membawa dampak menjunjung nilai budaya normative bagi kehidupan manusia dengan kemanusiannya.
B. Peranan Filsafat Ilmu dalam Penjelajahan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Hakikat ilmu adalah sebagai kekuasaan yang berkaitan dengan fungsinya sebagai sarana untuk mengubah dunia, sehingga dikenal dengan adanya ilmu dasar dan ilmu terapan yang keduanya bertumpu penganalisisan data pengamatan dan percobaab secara impersonal.
C. Teknologi dan Seni
Teknologi dan seni adalah penerapan ilmu dasar untuk memevahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu. Teknologi dan seni bersifat subjektif. Kekuasaan ilmu, teknologi dan seni berlaku atas alam, manusia dan amal ilmiah.
D. Visi Ilmu di Indonesia
Visi adalah wawasan kedepan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Visi bersifat intuitif yang menyentuh hati dan menggerakkan jiwa untuk berbuat. Visi dan orientasi Indonesia terletak pada dimensi-dimensi berikut:
1. Teleologis, bahwa ilmu pengetahuan hanya sekedar sarana yang harus kita pergunakan untuk mencapai suatu tujuan.
2. Etis, bahwa ilmu pengetahuan harus kita oprasionalisasikan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
3. Integral atau Integratif, bahwa penerapan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas manusia, sekaligus juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas struktur masyarakat.
Saya suka tulisan ini... terima kasih
BalasHapusI Like it, Jakallah Syukron :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSm2.. smoga brmanfaat :-)
BalasHapus