Teknik-teknik konseling dalam penyuluhan :
Teknik konseling yaitu cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan, yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama.
Berbicara masalah teknik konseling, maka kita tidak akan luput dari respons yang ditampilkan oleh klien dihadapan konselor. Respon tersebut dapat berupa ucapan atau bahasa tubuh. Barbara F.Okun (1987) membagi respons klien dalam dua hal, yaitu:
1. Verbal Message, yaitu pesan verbal atau ucapan yang berisi muatan kognitif dan efektif.
2. Non-Verbal Message merupakan pesan dengan muatan efektif dan psikomotor.
Ragam Teknik-Teknik Konseling
1. Melayani :
Seorang konseling itu harus dapat melayani kliennya dengan sangat baik, menurut willis (2009) Attending yang baik ini sangat di butuhkan karena dapat :
a. Meningkatkan harga diri klien
b. Menciptakan suasana yang aman
c. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2. Empati :
Empati dapat diartikan sebagai kemampuan konselor untuk dapat merasakan dan menempatkan dirinya di posisi klien. Hal ini akan terlihat jelas pada ekspresi wajah dan bahasa tubuh konselor. Contoh, ketika klien merasa sedih, maka konselor harus bisa merasakan kesedihan kliennya.
3. Refleksi :
Refleksi adalah upaya konselor memperoleh informasi lebih mendalam tentang apa yang dirasakan oleh klien dengan cara memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
4. Eksplorasi :
Adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Disini seorang konselor harus dapat memahami dan mengerti apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien, agar klien bebas mengungkapkan masalahnya tanpa rasa takut, tertekan maupun terancam.
5. Menangkap pesan utama :
Seorang konselor dapat memahami dan menyampaikan kembali inti pernyataan klien secara lebih sederhana. Untuk mengatakan kepada klien bahwa konselor bersama dia, dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien.
6. Bertanya untuk membuka percakapan :
Seorang konselor hendaknya bertanya seperti bagaimana, bolehkah dsb. Untuk memulai percakapan. Agar tidak adanya suasana canggung yang dirasakan klien. Pertanyaan-pertanyaan terbuka ini sangat penting untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaam baru dari klien.
7. Bertanya tertutup :
Bentuk pertanyaan tertutup ini dimulai dengan kata-kata seperti “apakah”, “adakah”. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan atau memperjelas sesuatu.
8. Dorongan minimal :
Dorongan yang diberikan konselor bertujuan agar klien bersemangat menyampaikan masalahnya dan mengarahkan pembicaraan agar mencapai sasaran dan tujuan konseling. Dorongan ini diucapkan dengan kata-kata singkat seperti ya.. terus.. lalu..
9. Interpretasi :
Seorang konselor harus menggunakan teori-teori konseling dan menyesuaikannya dengan permasalahan klien. Teknik ini bertujuan memberikan rujukan dan pandangan atas perilaku klien agar mengerti dan berubah melalui pemahaman dan hasil rujukan baru tersebut.
10. Mengarahkan :
Konselor harus memiliki kemampuan mengarahkan kliennya, agar klien dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling, dan mengikuti apa yang diperintahkan atau diucapkan oleh konselor.
11. Menyimpulkan sementara :
Percakapan antara konselor dan klien hendaknya disimpulkan sementara agar dapat memberikan gambaran kilas balik atas apa yang telah dibicarakan sebelumnya. Tujuannya utuk mempertajam atau memperjelas fokus wawancara.
12. Memimpin :
Dalam hal ini konselor diharapkan memiliki keterampilan untuk memimpin percakapan, agar percakapan itu tidak terbelit-belit, dan tercapainya tujuan yang diharapkan.
13. Konfrontasi :
Adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dan bahasa badan, dan lain sebagainya. Tujuannya untuk mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi yang ada pada diri klien dan sebagainya.
14. Menjernihkan :
Seorang klien harus dapat memperjelas maksud dari perkataan klien dengan bahasa dan alasan yang rasional sehingga mudah dipahami oleh klien. Dan mengklarifikasikan apa sebenarnya yang ingin diungkapkan klien ketika mereka mengungkapkannya dengan samar-samar atau kurang jelas.
15. Memudahkan (facilitating) :
Adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dapat mengungkapkan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas. Agar proses pengkonselingan berjalan efektif.
16. Diam :
Ada saat atau waktunya seorang konselor bersikap diam, keadaan diam itu dapat mempermudah konselor maupun klien untuk berpikir, dan mempersilahkan klien untuk bebas berbicara.
17. Mengambil inisiatif :
Seorang konselor harus memiliki inisiatif, agar klien semangat untuk mengungkapkan masalahnya. Inisiatif ini juga diperlukan apabila klien kehilangan arah pembicaraan.
18. Memberi nasihat :
Teknik ini dilakukan jika klien meminta untuk diberi nasihat. Dan hendaklah seorang konselor menyatakan semua alasan mengapa dia merasa lebih baik jika memberikan nasihat. Dengan pemberian nasihat ini, sekurang-kurangnya dapat memberikan umpan balik kepada klien tentang dirinya sendiri.
19. Memberikan informasi :
Teknik ini sama halnya dengan pemberian nasihat. Jika klien meminta informasi yang sebenarnya secara langsung yang berhubungan dengan masalah yang dihadapinya, maka penyuluh berkewajiban memberikan.
20. Merencanakan :
Yaitu membicarakan kepada klien tentang hal-hal apa saja yang akan menjadi program dari konseling. Tujuannya untuk menjadikan klien produktif setelah mengikuti konseling.
21. Menyimpulkan :
Konselor sebaiknya dapat menyimpulkan hasil pembicaraan secara keseluruhan yang menyangkut segala hal tetang klien, baik sebelum atau sesudah mengikuti proses konseling.
22. Kontak mata :
Konselor sebaiknya duduk berhadapan dengan klien dalam suasana bebas, santai, dengan jarak cukup memadai untuk memungkinkan klien dapat merasa senang.
23. Gaya dan sikap :
Seorang klien haruslah mampu berbicara dengan hangat dan bersahabat. Santai dan tenang, agar klien tidak canggung atau merasa kaku ketika berada dalam ruangan konseling.
24. Mengikuti pokok pembicaraan :
Yaitu memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan oleh klien dengan terus mendengarkan apa yang disampaikan oleh klien.
25. Keterampilan memberikan tanggapan :
Teknik ini dimaksudkan bahwa konselor benar-benar mempunyai perhatian kepada klien dan ingin selalu memahami klien.
26. Mengenal perasaan :
Pada teknik ini, seorang konselor harus dapat memahami perasaan kliennya, agar dapat menumbuhkan keakraban.
27. Mempengaruhi dan mengajak :
Teknik ini digunakan untuk mengubah keyakinan, sikap, dan tingkah laku klien. Usaha mempengaruhi ini membuka kesempatan bagi penyuluh untuk memainkan perannya sebagai seorang ahli.
28. Memahami dengan cermat :
Konselor perlu memahami apa yang klien katakana dan mampu mengkomunikasikan pemahaman penyuluhan itu kepada klien.
29. Menggunakan contoh pribadi :
Seorang konselor kadang-kadang perlu memberi keyakinan dan mendorong klien jika dia mendengar dari konselor bahwa konselor juga pernah mengalami masalah yang sama.
30. Bertanya secara langsung :
Adalah keterampilan dalam mengarahkan pembicaraan pada pokok-pokok persoalan tertentu. Keterampilan ini tidak boleh digunakan secara tergesa-gesa dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk menilai keadaan dirinya sendiri.
31. Memberikan penafsiran :
Tujuan teknik ini untuk membantu klien agar dapat memahami arti dari kejadian-kejadian dengan menyajikan beberapa pandangan.
32. Mengupas masalah :
Yaitu menuntaskan permasalahan klien dengan cara-cara yang khusus. Maka disini seorang konselor harus dapat mengenali secara tepat masalah yang sebenarnya terjadi pada kliennya.
33. mendengar secara tepat dan aktif :
kegiatan ini menghendaki agar penyuluh lebih banyak diam dan menggunakan semua inderanya untuk menanggap semua pesan.
34. membuat catatan
merupakan usaha sederhana tetapi sangat penting karena kegiatan ini mempunyai andil besar di dalam rencana pengubahan tingkah laku.
35. bermain peran :
memerankan cara seseorang bertingkah laku dalam sesuatu jabatan atau fungsi tertentu. Dengan teknik ini, diharapkan orang yang memainkan peran dapat memahami apa yang dirasakan orang yang kita perankan.
36. Memberikan contoh :
Penyuluh perlu memberikan contoh atau pola tingkah laku yang baik untuk klien yang tidak mengetahui bagaimana bertindak dalam suasana tertentu.
37. Memikirkan dan membayangkan sesuatu :
Salah satu keterampilan yang penting dalam penyuluhan adalah bagaimana penyuluh dapat bekerja secara baik dengan kegiatan mental klien.
38. desensitiasi :
tujuan dari pendekatan ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu, menenangkan diri, dan membayangkan sesuatu.
39. Sambutan terhadap klien :
Seorang konselor haruslah memiliki sikap yang baik dan bersahabat, terutama dalam menyambut seseorang yang akan menjadi kliennya. Agar klien merasanya nyaman.
40. Mengungkapkan perasaan diri sendiri
Pemanfaatan perasaan secara efektif dapat menyangkut sejumlah hal. Bila penyuluh dengan secara terbuka mengungkapkan perasaannya kepada klien. Hal ini dapat menjadi contoh tentang tingkah laku yang diharapkan dari klien atau mungkin juga hal ini dapat meningkatkan suasana saling percaya-mempercayai.
41. Memadukan Berbagai Strategi
Jika penyuluh telah menguasai secara terpisah-pisah keterampilan penyuluhan dan proses pengubahan, penyuluh diminta untuk memadukan strategi itu bila dirasanya cocok.
42. Alih tangan
Jika konselor telah mengerahkan semua usahanya untuk membantu memecahkan masalah kliennya, tetapi belum membuahkan hasil, maka sebaiknya konselor tersebut mengalih tangankannya kepada yang lebih ahli.
daftar pustaka :
E.A. Munro, R.J. Manthei, J.J. Small. PENYULUHAN (counseling).
Dr, Namora lumongga lubis, M.Sc. Memahami dasar-dasar konseling, Jakarta, Kencana, 2011