Sabtu, 17 Maret 2012

pribadi yang sehat dan pribadi tidak sehat


A.      Pribadi yang sehat
Pendukung-pendukung gerakan potensi manusia mengemukakan bahwa ada suatu  tingkat prtumbuhan da perkembangan yang sangat diperlukan, yang melampaui normalitas dan mereka mengemukakan bahwa manusia perlu memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang lebih maju supaya merealisasikan atau mengaktualisasikan semua potensinya. Dengan kata lain, tidak cukup hanya bebas dari sakit emosional tidak adanya tingkah laku neorotis atau psikotis tidak cukup untuk menilai seseorang sebagai pribadi yang sehat. Tidak adanya sakit emosional hanya merupakan suatu langkah utama yang diperlukan untuk pertumbuhan pemenuhan.[1]

·           Definisi Pribadi yang Sehat Menurut Para Ahli :
1.                  Menurut allport bahwa kepribadian yang sehat tidak dibimbing oleh kekuatan-kekuatan tak sadar atau pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Menurutnya, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Jadi kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang matang dan tidak dipengaruhi oleh masa kanak-kanak dalam pertumbuhannya, melainkan masa depanlah yang mendorong kita untuk berkembang. Ciri-cirinya :
a.       Perluasan perasaan diri
b.      Hubungan diri yang hangat dengan orang lain
c.       Keamanan emosional
d.      Persepsi realistis
e.       Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
f.       Pemahaman diri
g.      filsafat hidup yang mempersatukan

2.                  Menurut Rogers kepribadian yang sehat itu adalah bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses. Aktualitasasi diri berlangsung terus tidak pernah merupakan suatu kondisi yang statis. Rogers menulis aktualisasi merupakan keberanian untuk ada. Hal ini berarti meluncurkan diri sendiri sepenuhnya dalam arus kehidupan. Rogers tidak menggambarkan bahwa orang yang mengaktualisasikan diri itu harus bahagia atau puas, meskipun mereka benar-benar mengalami perasaan ini. Seperti Allport, Rogers juga melihat kebahagian sebagai hasil sampingan dari perjuangan aktualisasi diri. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menjalani kehidupan yang kaya, menantang, dan berarti, tetapi mereka tidak perlu tertawa terus menerus. Ciri-ciri :
a.       Keterbukaan pada pengalaman
b.      Kehidupan eksistensial
c.       Kepercayaan terhadap organism orang sendiri
d.      Perasaan bebas
e.       Kreatifitas

3.                  Menurut Fromm, kepribadian yang sehat itu adalah : Orientasi produktif, yakni suatu konsep yang serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasikan diri Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata orientasi Fromm menunjukkan bahwa kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan respon-respon intelektual, dan peristiwa-peristiwa dan juga terhadap diri.

4.                  Menuru Maslow, setiap individu memiliki potensi untuk berkembang (Personal growth). Dalam menjelaskan kebutuhan manusia, Maslow membntuk hirarki kebutuhan menjadi:
a.       Kebutuhan Fisiologis
b.      Kebutuhan Rasa aman
c.       Kebutuhan Kasih sayang
d.      Kebutuhan Penghargaan
e.       Aktualisasi Diri
Pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sosial. Al-Qur’an mernerangkan pribadi yang sehat itu adalah pribadi yang mampu megatur diri dalam hubungannya terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sosial, juga menerangkan pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah SWT.
a.         Mampu mengatur diri sendiri dalam hubungannya dengan diri sendiri
Menurut konsep konseling, Pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap diri sendiri memiliki ciri-ciri kepribadian pokok :
1.      Ego berfungsi penuh, serta serasinya fungsi id, ego dan super ego
2.      Bebas dari kecemasan
3.      Keterbukaan terhadap pengalaman
4.      Percaya diri
5.      Sumber evaluasi internal
6.      Kongruensi
7.      Menerima pengalaman dengan bertanggung jawab
8.      Kesadaran yang meningkat untuk tumbuh secara berlanjut
9.      Tidak terbelenggu ole ide tidak rasional (tuntutan kemutlakan), dan
10.  Menerima diri sendiri
Berdasarkan keterangan ayat-ayat al-Qur’an, pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri yang relevan dengan kriteria pokok diatas adalah pribadi yang akal dan kalbunya berfungsi secara penuh dalam mengendalikan dorongan nafs (al-Qashas : 60, yasin : 62). Mampu membebaskan diri dari khauf (kecemasan) (al-Baqarah : 38, al-Anam : 48 dan al-Radu : 28). Apabila manusia dapat mengatasi atau terbebas dari kecemasan ini akan melahirkan kepribadian yang sehat seperti pribadinya para aulia Allah (Yunus : 62)

b.        Mampu mengatur diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain
Menurut adler, pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap orang lain memiliki ciri-ciri kepribadian pokok :
1.      Mau berkarya dan menyumbang, serta mau memberi dan menerima
2.      Memandang baik diri sendiri dan orang lain (I’m OK, you are OK)
3.      Signifikan dan berharga bagi orang lain
4.      Memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus mengganggu atau mengorbankan orang lain.
Berdasarkan ayat al-Qur’an, pribadi yang mampu mengatur diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain adalah pribadi yang mau melakukan amal saleh, yaitu perbuatan yang bermanfaat bagi dirinya dan juga orang lain. Disamping itu juga bersikap taawwun, yaitu saling memberi dan menerima atau tolong-menolong (an-Nisa: 86)

c.         Mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan lingkungan
Menurut konsep konseling seperti yang dikemukakan dalam teorinya Adler dan Behavioral. Pribadi yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat menciptakan atau mengolah lingkungannya secara baik.
Al-Qur’an menerangkan, bahwa Allah menciptakan manusia yang ada di bumi ini adalah untuk kepentingan manusia (al-Baqarah : 29). Pribadi yang sehat adalah pribadi yang peduli terhadap lingkungannya, ia berusaha mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di lingkungannya (Ali-Imran : 137).

d.        Mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah SWT.
Konsep konseling tidak ada menerangkan hal ini.
Al-Qur’an menerangkan bahwa pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah SWT antara lain adalah pribadi yang selalu meningkatkan keimanannya yang dibuktikan dengan melaksanakan ibadah dengan benar dan iklas, menjalankan muamalah dengan benar dan dengan niat yang iklas. Disamping itu juga pribadi yang mampu menjalankan secara seimbang diri sebagai abidullah yang selalu beribadah sesuai tuntutan tuhan-Nya, juga menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai khalifatullah dengan baik (hablun minallah dan hablun minannas) sehingga dari segi kehidupan dunianya sejahtera, amal akhiratnya berjalan dengan baik (al-Qashash: 77, al-Baqarah: 201)





B.       Pribadi tidak sehat
     Pribadi tidak sehat adalah pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Sedangkan Al-Qur’an menambahkan tentang pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah SWT.
a.       Tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri
Menurut konsep konseling, bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri sendiri dalam hubungannya dengan diri sendiri memiliki pokok :
1.      Ego tidak berfungsi penuh serta tidak serasinya antara id, ego, dan sper ego
2.      Dikuasai kecemasan
3.      Tetutup
4.      Rendah diri dan putus asa
5.      Sumber evaluasi eksternal
6.      Inkongruen
7.      Tidak mengakui pengalaman dengan tidak bertanggung jawab
8.      Kurangnya kesadaran diri
9.      Terbelenggu ide tidak rasional
10.  Menolak diri sendiri
Al-Qur’an menerangkan pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri adalah pribadi yang akal dan kalbunya tidak berfungsi dengan baik dalam mengendalikan nafsu, sehingga nafsu berbuat sekehendaknya, penuh emosi, tidak terkendali dan tidak bermoral.

b.      Tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan orang lain
Menurut Adler,  pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan orang lain memiliki ciri-ciri kepribadian pokok:
1.      Egois dan tidak mau menyumbang dan lebih suka menerima
2.      Memandang diri sendiri benar sedangkan orang lain tidak
3.      Tidak konstruktif
4.      Memenuhi kebutuhan  sendiri dengan tidak peduli (merampas) hak orang lain
Al-Qur’an menerangkan, pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan orang lain adalah pribadi yang bakhil dalam arti egois dan tidak mau menyumbang atau membelanjakan hartanya di jalan kebajikan, tidak mau saling menolong, memiliki sifat marhun dan takabbur.

c.       Tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan lingkungan
Menurut konsep konseling seperti dikemukakan dalam terapi Adeler dan terapi Behavioral, bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungan lingkungan adalah pribadi yang tidak mampu berinteraksi dan mengelola lingkungannya secara baik, sehingga bisa melakukan hal-hal yang membuat lingkungan menjadi rusak.
Senada dengan konsep konseling di atas, al-Qur’an menerangkan bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan lingkungan adalah pribadi yang tidak mampu berinteraksi dengan lingkungannya secara baik, sehingga ia tidak peduli dengan kerusakan lingkungan, dan tidak mampu membuat lingkungannya menjadi kondusif bagi kehidupan.

d.      Tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah SWT
Menurut al-Qur’an pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah antara lain adalah pribadi yang kufur dan syirik. Pribadi yang kufur adalah pribadi yang tidak beriman dan enggan menjalankan syariat Allah. Kesalahan yang sangat fatal terhadap Allah SWT adalah syirik, yaitu “menyekutukan Tuhan”.[2]



[1] Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan, Jakarta, Kaniskus, thn 1991 hlm 11
[2] Iin Tri Rahayu, Psikotrapi Perspektif Islam, Malang: UIN-Malang, 2009, hal.283.

2 komentar: